Sabtu, 27 Juli 2013

Sinopsis Itazura na Kiss Episode 15


Sebuah pagi di akhir pekan. Naoki turun untuk sarapan, namun hanya ada Yuki yang duduk di meja. Mama Irie mengatakan kalau Kotoko sedang pergi kencan. 
"Kencan?" tanya Naoki.
"Ia berdandan sangat manis dan pergi keluar," tambah Yuki.
Naoki teringat ucapan Kinchan di malam itu dan berkata,"Ahh.. aku mengerti. Selera pemuda itu ternyata buruk." Seakan tak peduli, Naoki menuangkan kopi di bawah tatapan mata menyelidik dari Mama Irie dan Yuki. Mama Irie bertanya khawatir, "Naoki apakah kau benar-benar merasa yakin?"
Naoki berbalik pergi dan berkata,"Maaf, tapi aku harus membaca beberapa dokumen untuk rapat hari Senin."
Namun di dalam kamar saat membaca dokumen, Naoki malah tertarik pada sinar matahari yang menyinari dokumennya. Ia menatap jendela, memikirkan sesuatu.
Naoki baka, apakah kau menginginkan sesuatu di luar sana?
Di luar sana, Kotoko menikmati kencan dengan Kinchan. Mereka nonton film, makan dan main di arena permainan seperti Timezone.
Spoiler Itazura na Kiss Episode 15 : Selamat tinggal, Irie-kun
Jinko dan Satomi kaget mendengar cerita Kotoko yang berkencan dengan Kinchan. Mereka bahkan lebih kaget lagi saat mendengar kalau Kotoko ternyata suka dengan kencan itu, sehingga waktu seakan berlalu sangat cepat. Kotoko pun juga berkata kalau ia akan berkencan lagi dengan Kinchan 
Satomi dan Jinko meminta Kotoko untuk menikmati kencan-kencan itu, dan tak terburu-buru mempunyai pacar. Yang penting Kotoko dapat melupakan Naoki terlebih dulu dan bersenang-senang. Kotoko merasa hal ini terlalu  kejam untuk Kinchan.
Jinko dan Satomi gembira mendenganya karena itu berarti Kotoko walaupun sedikit, Kotoko pasti mencintai Kinchan, "Karena kau lebih mementingkan perasaannya daripada perasaanmu sendiri. "
Naoki dan Sohoko baru saja selesai menonton konser musik klasik, yang menurut Naoki ia sangat menyukai musik Stravinsky. 
Sejak kapan?
Sohoko mengatakan Stravinsky mirip dengan Naoki, gaya Stravinsky bisa berubah tergantung apa yang sedang ia kerjakan, "Seperti bunglon, musiknya sangat misterius sepertimu." Dan ia benar-benar menikmati konser tadi. Hanya ada satu yang mengganggunya. Orang yang duduk di depan mereka malah tidur ketika pertunjukkan dimulai ,"Kepalanya bergoyang-goyang saat ia ngantuk."
Bukannya membayangkan orang itu, Naoki malah membayangkan Kotoko ngantuk saat mendengar musik klasik, kepalanya bergoyang-goyang dan akhirnya kepalanya terjatuh di bahunya saat terlelap. Ia tak dapat menyembunyikan tawanya saat membayangkan hal itu.
Sohoko yang masih berkeluh kesah akan orang ngantuk itu heran melihat Naoki yang tersenyum-senyum sendiri. Naoki buru-buru menghentikan tawanya dan mengajak Sohoko untuk makan di restoran juga menyajikan musik opera. Sohoko langsung menyambut tawaran itu, "Aku suka musik opera. Akan lebih baik lagi kalau musiknya Tristan."
"Tristan? Kedengarannya bagus," jawab Naoki.
Mama Irie menunggu kedatangan Naoki yang pulang malam, tapi ternyata Kotoko pulang lebih malam dari Naoki. Mama Irie bertanya apakah Kotoko juga berkencan sehingga pulang malam? 
Kotoko membantah hal itu. Ia ingin memberitahu Mama Irie kalau mulai malam ini ia akan membantu-bantu ayahnya di restoran. Kocaknya, Mama Irie langsung khawatir mendengar hal ini, karena ia pikir Kotoko akan menjadi chef seperti Papa Aihara. Haha.. 
Kotoko juga membantah hal yang tak mungkin itu, dan Naoki langsung menyambar, "Baguslah.. jadi akan lebih sedikit orang yang sakit."
Mama Irie menatap anaknya kesal, tapi Kotoko langsung berkata kalau ia akan menjadi pelayan di restoran ayahnya, "Aku harus banyak belajar. Tapi ada Kinchan di sana sehingga ia dapat mengajariku."
Naoki melipat tangan dan berkata, "Jadi tetap saja seperti kencan."
Senyum Kotoko hilang, dan ia menatap Naoki tajam, "Aku tak mencampuradukkan cinta dan pekerjaan seperti seseorang." 
"Hal itu tergantung pada siapa yang sedang kau bicarakan," timpal Naoki.
"Beraninya kau! Kau harus minta maaf pada Kinchan!" seru Kotoko marah. 
"Betul, kan? Dugaanku memang benar."
"Kalaupun benar, itu juga bukan urusanmu!"
Naoki tak bersandar lagi, dan mendekati Kotoko, "Benar. Aku memang tak tertarik pada masalah cintamu."
"Sudah, sudah," lerai Mama Irie. Tapi ia merasakan sesuatu, "Ahh.. kalian seperti pasangan suami istri yang sedang bertengkar."
"Kami tidak seperti itu," bantah Naoki dan Kotoko bersamaan.
Ahh... Naoki dan Kotoko ini mengempiskan harapan Mama Irie, deh..
Dan harapan itu semakin tipis saat Papa Irie memberitahu istrinya kalau Direktur Oizumi ingin meresmikan pertunangan Naoki dan Sohoko setelah ia keluar dari rumah sakit. Papa Irie pun sebenarnya juga khawatir dengan masalah ini.
Naoki ke rumah sakit untuk mengunjungi ayahnya, dan saat melewati sebuah kamar, ia melihat seorang pasien yang gembira dan berterima kasih pada dokternya yang telah berhasil mengoperasinya. Ia teringat pada mimpinya dan Kotoko yang mencemaskannya akan melepaskan mimpi itu.
Papa Irie berkata kalau sebelum dioperasi, ia akah kembali bekerja dulu dan menyelesaikan semua masalah perusahaannya sendiri. Naoki mengingatkan kalau jantung ayahnya akan tertekan lagi jika ayahnya kembali bekerja. Papa Irie melakukan hal ini karena tak ingin membiarkan Naoki menikah dengan seseorang tanpa cinta. 
Naoki diam sejenak dan bertanya, "Seseorang yang tidak aku cintai?" Ia mengalihkan pandangannya dan berkata, "Ayah jangan berprasangka."
"Naoki.. kau adalah putraku. Kebahagiaanmu lebih penting dibanding perusahaanku ataupun yang lainnya," ayah mencoba menjelaskan, "Karena itu.."
"Ayah tak usah memberitahuku. Aku sendiri yang memutuskan pilihan hidupku!" sergah Naoki. "Karena itu jangan berpikiran macam-macam, Yah. Dan pusatkanlah perhatian ayah pada pemulihan tubuh Ayah."
Dan seakan mantap pada keputusannya, sepulangnya ke rumah, Naoki mengemasi buku-buku kedokterannya dan menyimpannya dalam sebuah tas.
Kotoko sudah mulai membantu di restoran. Dan seperti yang bisa dilihat ayahnya dan teman Kinchan, Kotoko dan Kinchan dapat bekerja sama dengan baik.
Akhirnya Papa Irie kembali ke rumah dan seluruh keluarga Irie dan Aihara merayakannya dengan makan-makan. Mama Irie sangat senang sekali karena seluruh keluarganya berkumpul.
Namun Naoki ternyata mengundang dua orang lagi. Direktur Oizumi dan Sohoko. 
Astaga...
Ruang keluarga langsung penuh, dan Kotoko yang tak mendapat tempat duduk akhirnya mengambil kursi meja makan agar bisa ikut berkumpul. Sohoko datang dengan membawa bungkusan makanan, yang dipuji oleh Papa irie dan Yuki. Bahkan Mama Irie pun yang tak ingin memuji, diam-diam menikmati masakan Sohoko.
Papa Aihara langsung mengenali bahan makanan yang dipilih Sohoko, yang semua sehat untuk jantung Papa Irie, dan Papa Aihara dengan tulus memuji masakan Sohoko yang tak kalah enak dengan makanannya, membuat Kotoko kecil hati. Dan tahu jawaban Sohoko saat ditanya dimana ia belajar memasak? "Saya belajar dari ibu saya sendiri." Doenkk.. makin kecillah hati Kotoko.
Direktur Oizumi ingin tahu tentang gadis yang tinggal di rumah Irie, dan saat diperkenalkan, Direktur Oizumi menatap Kotoko dan akan terus memandang jika Sohoko tak menegur kakeknya. Sohoko pun mengajak Kotoko untuk berbicara berdua saja.
Mereka pun ke teras samping dan Sohoko meminta maaf karena ketidaksopanan kakeknya, "Hal ini karena kami berdua iri denganmu. Kau sudah tinggal dengan Naoki selama 2 tahun ini dan bahkan ibunya pun menyukaimu."
Kotoko hanya tersenyum canggung dan setelah sama-sama diam, ia bertanya mengapa Sohoko menyukai Naoki? Sohoko berkata kalau ia bertemu dengan Naoki sebelum pertunangan dan jatuh cinta padanya. Tak disangka ia bertemu dengannya lagi saat acara perkenalan, "Aku merasa takdir yang telah mempertemukan kami."
Kotoko termenung. Ia juga jatuh cinta pada pandangan pertama pada Naoki dan terpendam selama 2 tahun. Tak disangka mereka tinggal di rumah yang sama, tapi ia tak pernah memiliki kesempatan, merasakan kalau itu adalah takdir dan waktu berlalu tanpa sedikitpun kemajuan dalam hubungan mereka. Kotoko yang selama itu hanya membatin, tak sengaja mendesah cukup keras, "Kuharap aku bertemu dengannya seperti yang kau lakukan."
Sohoko kaget mendengar hal ini, dan Kotoko buru-buru memperbaiki ucapannya, "Maksudnya, kuharap aku bisa menemukan seseorang.." Sohoko menunduk dan mengatakan kalau ia sangat suka dengan Naoki, tapi ia takut karena ia merasa kalau semakin ramah Naoki, semakin jauh pula Naoki darinya.
Kotoko pun tersenyum dan menenangkan Sohoko kalau kecemasan Sohoko itu karena Sohoko sangat mencintai Naoki dan  Naoki juga benar-benar mencintai Sohoko. 
Pesta itu berakhir juga dan atas permintaan Sohoko, Naoki mengantarkan Sohoko sendiri, terpisah dari Direktur Oizumi.
Kotoko sedang mencuci piring-piring kotor, namun Mama Irie meminta Kotoko untuk melanjutkannya esok hari karena pasti juga capek. Tapi Kotoko mengatakan kalau ia masih belum ngantuk dan lebih baik ia menyelesaikannya sekarang, "Lebih baik ibu beristirahat saja karena pasti sangat lelah."
"Tapi aku tak enak padamu."
"Tak apa-apa.. Hanya tinggal sedikit kok," jawab Kotoko sambil tersenyum dan melanjutkan cuciannya.
Mama Irie tak segera pergi, malah menatap Kotoko lama dan akhirnya ia tak kuat lagi, "Kotoko-chan.. maafkan aku."
Kotoko terkejut melihat Mama Irie membungkuk padanya dan meminta maaf karena selalu mengatakan kalau Kotoko akan menikah dan masuk ke dalam keluarganya, "Tapi ini semua yang terjadi. Aku ingin selalu mendukungmu, tapi aku akhirnya malah melukai perasaanmu."
Kotoko berkata kalau semua ini bukan salah Mama Irie. Tapi Mama Irie berkata kalau ia masih tak ingin menyerah dengan keadaan ini. Kotoko terdiam sejenak dan tersenyum, 
"Terima kasih. Aku sangat bahagia karena Ibu memikirkan aku seperti itu. Aku menganggap ibu sebagai ibuku yang sebenarnya. Sekarang dan selamanya. Tak peduli dengan siapa Irie-kun akan menikah."
Mama Irie malah semakin menangis mendengar ucapan Kotoko dan berlari masuk kamar. 
Naoki pulang dan rasanya saya pengen Naoki mendengar percakapan ibu dan 'anak' itu. Tapi tidak, karena hanya Kotoko yang masih tinggal di bawah. Kotoko pun mengatakan kalau Sohoko adalah gadis yang sangat menyenangkan. 
"Dia sangat cantik, kan?" Whaaa... kejam sekali, Naoki baka! "Keahlian memasaknya juga sangat mengagumkan."
Jahat-jahat-jahat!!
Kotoko malah tersenyum mendengar pujian itu dan berkata pelan, "Tak hanya itu. Saat aku berbicara padanya, aku bisa mengetahui kalau ia benar-benar mencintaimu. Jika gadis sepertina mencintaimu, tak mungkin kau tak akan jatuh cinta padanya."
Naoki terus memandang Kotoko yang berbalik membelakanginya, dan hanya berkata,"Kau juga harus menemukan pacar yang baik juga." Dan ia pun meninggalkan Kotoko.
Sendirian, Kotoko terisak-isak dalam gelap.
Kotoko ke restoran untuk bekerja. Dan betapa sedihnya saya saat melihat Kotoko memasang wajah ceria saat masuk ke dalam restoran, mengira ada orang lain selain ayahnya. Dan ketika tahu kalau hanya ada ayahnya sendiri, topeng kegembiraannya itu langsung terlepas.
Ayahnya pun menyadari hal itu dan mengajak Kotoko bicara. Ayah menyadari betapa tersiksanya Kotoko dan mengajak Kotoko untuk pindah rumah, "Penting untuk tahu kapan waktu yang tepat untuk menyerah. Kau sebaiknya segera melupakan Naoki-kun."
Dan hanya di depan ayahnya, Kotoko bisa menangis tersedu-sedu.
Walau tak mereka sadari, Kinchan yang sudah datang, mendengar hal itu.
Di perjalanan pulang, Kotoko melihat bintang jatuh lagi. Tapi mulai sekarang ia berjanji akan berhenti untuk membuat harapan lagi. 
Upacara pertunangan akan dilakukan hari ini dan Mama Irie masih belum bisa percaya harus melakukan hal ini, "Ini adalah hari terburuk dalam hidupku."
Dan Papa Irie mencoba menghibur istrinya, "Mama.. bukannya aku ingin membuatmu tambah sedih, tapi.. setelah ini masih ada akad nikah, juga resepsi pernikahan."
Bwahaha.. Papa Irie nih mau buat Mama Irie gantian masuk rumah sakit, ya. Mama Irie langsung histeris dan menutup telinganya. LOL.
Naoki turun dan mengajak kedua orang tuanya untuk pergi. Kotoko ternyata ada di dapur dan melihat kepergian mereka.
Saat upacara pertunangan terjadi, Kotoko pun ternyata juga akan kencan dengan Kinchan. Walau Kinchan datang dengan melucu dan menaikkan mood Kotoko, tapi Kotoko seakan mati rasa dan hanya bisa menutupinya dengan tersenyum pada Kinchan 
Namun perasaan itu tak dapat dibendung saat Kotoko melihat bridal shop dan melihat gaun pengantin yang terpajang di depan. Ia kembali teringat pada Naoki yang sekarang pasti sedang melakukan upacara pertunangan. 
Kinchan melihat apa yang dilihat oleh Kotoko, tapi Kotoko segera menutupinya dengan mengatakan dengan lebih bersemangat kalau ia ingin pergi ke arena permainan lagi, "Aku ingin kau mengambilkan boneka untukku. Bonekanya lucu, memakai topi merah dan ada ceri kecil.."
"Ayo kita menikah."
Kotoko terkejut dan berbalik. Kinchan menghampiri Kotoko dan mengulangi permintaannya lagi. Ia mengeluarkan boneka ke hadapan Kotoko. Boneka yang persis seperti yang digambarkan oleh Kotoko. Kotoko terbelalak, "Ini.. bagaimana kau bisa tahu?"
"Kan sudah kukatakan padamu," jawab Kinchan pelan. "Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan."
Kotoko terdiam. Dan terkejut saat Kinchan berlutut di hadapannya dan berteriak "Aihara Kotoko-san, maukah kau menikah denganku?"
Komentar :
Lagi puasa. Nggak ada komentar. Naoki.. tunggu saja sampai saya buka puasa nanti, biar saya bisa full marah-marahnya.

Sudah buka puasa, sudah tidur, jadi emosi udah turun. Haha.. yuk kita menebak, sebenarnya apa sih yang dipikirkan Naoki?

Tapi setiap saya memikirkan sikap Naoki di 2 episode terakhir dan membandingkan dengan episode-episode sebelumnya, saya tetap nggak habis pikir akan sikapnya Naoki.


Okee.. mungkin ia juga pengen pergi kencan pas weekend itu Mungkin ia cemburu saat ia tahu kalau Kotoko pulang malam dan ternyata kerja di restoran ayahnya (yang langsung dianggap kencan). Tapi semua itu kan akibat pilihannya Naoki.

Nggak ada yang memaksa Naoki untuk menikahi Sohoko. Papa dan Mama Irie ini kebalikan dengan Maminya Gu Jun Pyo di Boys Before Flower. Mereka itu super duper baik, mikirin kepentingan anaknya dulu.

Tapi mungkin karena itulah Naoki jadi semakin khawatir. Kalau Papa Irie keluar rumah sakit dan bekerja dengan kondisi perusahaannya masih acak adul, mungkin jantungnya nggak akan kuat. Jadi Naoki berkorban, memutuskan melepaskan mimpinya dan meneruskan usaha Papa Irie.

Naoki memang cerdas dan ber-IQ 200. Tapi kepandaian tetaplah kepandaian. Naoki masih kurang pengalaman, jadi yang ia ketahui hanya textbook saja. Merger atau suntikan dana adalah cara tercepat untuk menangangi krisis perusahaan.


Coba kalau Naoki mau berdiskusi dengan Papanya, mungkin jalan keluarnya akan berbeda. Papa Irie jauh lebih berpengalaman daripada dirinya. Banyak hal yang di luar textbook yang dapat dipelajari dari Papa Irie (makanya itu Naoki diminta magang dulu).

Tapi lagi-lagi kembali pada ketakutan Naoki akan kehilangan ayahnya jika ia memberati pikiran Papa Irie dengan masalah perusahaan. Maka lagi-lagi ia balik lagi ke square one. Dan ia panik. Selama ini cobaan terbesarnya adalah Kotoko. Tapi sekarang cobaan yang ia terima jauh lebih besar daripada Kotoko.


Maka jalan keluar yang dipilih Naoki sangatlah instan. Menikahi cucu seorang konglomerat. Klise? Nggak juga, karena ini adalah keinginan Naoki sendiri. Naoki berbeda dengan anak chaebol di  drama-drama lainnya, yang dipaksa dijodohkan dengan anak rekan bisnisinya.

Nggak.. Naoki menolak gadis yang dijodohkan oleh orang tuanya dan memilih sendiri gadis yang akan dinikahinya. Naoki menolak gadis yang biasanya dipilih, misalnya oleh Gu Jun Pyo di Boys Before Flowers, Dao Ming Tse di Meteor Garden ataupun Domyoji Tsukasa di Hana Yori Dango.

Kebalikan dari mereka, ia memilih gadis yang tak disetujui orang tuanya yang membuat perusahaan yang akan ia pimpin menjadi lebih kuat.

Jadi, happily ever after, kan Naoki?

Saya mencoba merasionalkan pikiran Naoki saat mengundang Direktur Oizumi dan Sohoko. Saya juga mencoba memahami pikiran Naoki saat Naoki membangga-banggakan Sohoko di depan Kotoko. Tapi saya tak menemukan jawabannya. Saya merasa Naoki tulus saat meminta Kotoko untuk segera mencari pacar yang lebih baik.

Lalu kenapa harus menyiksa Kotoko? Kenapa harus cemburu dengan Kinchan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar