Ending Itazura na Kiss - Love in Tokyo.. Duh... pengen ada kelanjutannya. Juga pengen nonton DVD Director's Cut-nya, deh..
Note : spoiler ini banyak gambarnya di beberapa scene. Entah ini spoiler
atau sinopsis. Karena gambar dan percakapan beberapa scene (ehm..
ehm.. yang ada Naoki dan Kotoko) malah jadi detil.
Bersamaan dengan acara pertunangan Naoki-Sohoko, Kinchan pun juga
melamar Kotoko. Kabar itu lamaran Kinchan itu sampai ke telinga Jinko
dan Satomi. Pada mereka Kotoko mengatakan kalau ia selalu menganggap
Kinchan hanya sebagai teman.
Tapi Jinko dan Satomi adalah team Kinchan. Mereka selalu menganggap
kalau Kotoko sangatlah cocok dengan Kinchan daripada Naoki, "Seorang
wanita akan lebih berbahagia jika ia dicintai daripada mencintai. Ini
adalah saat yang tepat bagimu untuk memikirkan Kinchan dengan lebih
serius."
Kotoko memperhatikan Kinchan saat bekerja di restoran dan terselip
pikiran di benak Kotoko saat memperhatikan Kinchan, "Bagaimana reaksi
Irie-kun jika ia tahu kalau Kinchan telah melamarku? Apa ia akan
terkejut, walau hanya sedikit? Atau.. "
Setelah pertunangan, Direktur Oizumi ingin mengadakan pernikahan secepat
mungkin. Tapi Naoki meminta agar pernikahan dilakukan setelah operasi
ayahnya yang akan dilakukan di akhir tahun. Maka Direktur Oizumi pun
setuju dan pernikahan akan dilakukan pada Juni tahun depan.
Di kamar, Kotoko memandangi boneka pemberian Kinchan beserta lamarannya
dan merasa belum sreg jika harus menikah. Ayahnya masuk dan menunjukkan
rumah kontrakan yang akan mereka tinggali bersama sebelum Ayah mampu
membangun rumah sendiri. Ia akan bekerja keras untuk membangun rumah
untuk dua keluarga. "Itu jika ada seorang pria yang mau menikahimu,"
goda ayah.
Kotoko tersenyum, dan setelah beberapa saat terdiam, ia menanyakan
pendapat ayah jika ia menikahi Kinchan. Sesaat Ayah tergeragap
mendengar pertanyaan itu tapi kemudian ayah mengatakan perasaanya, "Aku
senang jika kau menikahinya, jadi ia bisa meneruskan usaha restoranku.
Tapi kau jangan merasa wajib untuk menikahinya," ayah buru-buru
menambahi. "Perasaanmulah yang terpenting. Jika ada pria yang mampu
membuatmu bahagia, aku tak akan peduli tentang restoranku."
Kinchan membawa Kotoko yang disuruh menutup mata sampai mereka tiba di
sebuah tempat rahasia. Sesampainya di tempat rahasia itu, Kinchan dengan
antusias menyuruh Kotoko membuka mata, "Mengagumkan bukan? Lihat,
Kotoko!" seru Kinchan.
De javu, Kotoko menatap pemandangan di depan. Pemandangan ketika Naoki
membawanya saat kencan dadakan mereka. Seluruh kenangan saat itu
mengalir kembali. Saat Naoki mengakui kalau sebenarnya Naoki tak pernah
membenci Kotoko.
Kotoko termenung hingga Kinchan harus membangunkannya. Kinchan yang tak
sadar kalau Naoki mengajak kencan di sini (dan bukan di bioskop mesum),
mengira Kotoko diam karena lapar. Maka ia pun mengajak Kotoko pergi
makan. Tapi sebelum pergi, Kotoko mendengar suara Sohoko yang mengagumi
pemandangan di depan mereka.
Mereka pun bertemu dan setelah berkenalan dengan Kinchan, Sohoko
mengatakan kalau sebenarnya mereka ingin melihat pameran lukisan di
Ginza, tapi Naoki ingin datang kemari sebelum pergi ke sana.
Ahh... ada yang ingin mengulang masa lalu, ya?
Kotoko menunduk lesu, berpikir kalau Naoki memang tak menganggap tempat
kencan pertama mereka ini spesial dan tak peduli sedikitpun tentang
kencan itu dan malah mengajak Sohoko ke tempat ini. Sohoko mengajak
mereka makan berempat di restoran bacon. Kotoko dan Kinchan kompak
menolak, merendah dan sedikit bercanda kalau mereka tak terbiasa makan
bacon melainkan sosis.
Tapi reaksi Naoki malah, "Kau tak bisa memaksa mereka untuk pergi,
Sahoko-san. Sangat menyiksa mereka untuk pergi ke tempat seperti itu.
Mereka cocok di level mereka saja."
Bahkan Sohoko pun juga bengong mendengar ucapan Naoki. Kinchan dan
Kotoko tersinggung mendengarnya. "Apa kau ini ingin mengatakan kalau
kami ini bodoh?" seru Kotoko marah.
"Apa itu tidak benar?" tanya Naoki.
"Naoki-san..," tegur Sohoko.
"Kinchan, ayo pergi dan lakukan sesuatu yang sesuai level kita," Kotoko menarik tangan Kinchan pergi.
"Kotoko-san..."
Kotoko berbalik dan tersenyum pada Sohoko, "Sohoko-san, kami pergi dulu.
Kami akan makan sosis sekenyang mungkin," Kotoko berucap manis pada
Sohoko tapi melirik sinis pada Naoki, "Sampai jumpa."
Kotoko pun kembali menarik tangan Kinchan.
"Kotoko," panggilan Naoki menghentikan langkah Kotoko. "Kalian berdua benar-benar pasangan serasi."
Kotoko memaksakan senyuman dan berterima kasih sebelum menghentakkan kakinya, pergi.
Sohoko tercengang melihat sikap Naoki yang berbeda dari biasanya,
"Seperti bukan dirimu, mengatakan sesuatu yang kejam pada Kotoko."
Naoki tersenyum, "Seperti bukan aku? Jangan khawatir, aku tak akan pernah berkata seperti itu pada Sohoko-san."
Sohoko menunduk kecewa, "Kau adalah pebisnis yang handal dan kau tahu
segalanya. Tapi kau tak tahu perasaanmu sendiri, Naoki-san. Aku ingin
pulang."
Sohoko meninggalkan Naoki. Tapi Naoki tak mengejarnya. Sementara Kotoko?
Menepati janjinya. Makan sosis sebanyak mungkin untuk meluapkan
kekesalan.
Papa Aihara mengungkapkan keinginannya untuk pindah pada sahabatnya. Mama Irie menangis dan merasa semuanya sudah berakhir.
Di restoran, Kinchan mengajak Kotoko untuk mengisi hari libur besok
dengan belajar bersama, mempelajari masakan Jepang bersama. Kotoko
mengiyakan.
Naoki pulang ke rumah dan menemukan Mama Irie sedikit mabuk dan
memberitahukannya kalau keluarga Aihara akan pindah dari rumah ini, "Apa
kau tidak apa-apa dengan hal ini, Naoki?"
Naoki tak menjawab, malah naik ke atas. Tapi sesampainya di atas, ia
memandangi lama pintu kamar Kotoko sebelum masuk ke kamarnya sendiri.
Tapi keesokan harinya, ia ternyata mencari Kotoko di lapangan tenis.
Sudo-san mengatakan kalau Kotoko tak latihan hari ini. Ia juga bertemu
dengan Matsumoto yang secara terus terang mengatakan kalau ia tak
menyukai Sohoko. Alasannya? "Karena aku tak bisa menjelek-jelekkannya
yang tak memiliki kelemahan."
Ha. Emang lebih pantas dengan Kotoko, ya Yuko? Kotoko bisa dicela terus menerus.
Di tengah jalan, Naoki bertemu dengan Jinko dan Satomi yang kaget
melihat Naoki ada di kampus. Namun walau kaget, Jinko dan Satomi tak
menyia-nyakan kesempatan. Mereka mengatakan kalau Kotoko tak pergi ke
kampus karena sedang ada di restoran yang walau tutup, tapi Kotoko pergi
ke sana untuk belajar bersama.
Naoki kaget mendengar Kotoko belajar bersama dengan Kinchan. Kedua
sahabat Kotoko berkata kalau Kotoko akan memberi jawaban lamaran
Kinchan.
"Lamaran?' Naoki berbalik kaget.
Jinko pun mengiyakan kalau Kinchan sudah melamar Kotoko. Dan Kotoko akan
menerima lamaran Kinchan, "Pada akhirnya Kotoko menyadari siapa cinta
sejatinya." Dan Satomi pun menambahkan, "Cinta sejati yang tak memandang
uang, status dan jabatan."
Mereka pun berlari meninggalkan Naoki yang masih tetap mematung. Setelah
jauh dari Naoki,Satomi bertanya apa boleh mereka mengatakan hal ini
pada Naoki? Kotoko tak pernah mengatakan kalau akan menerima lamaran
Kinchan. Tapi Jinko berkata tak apa-apa, "Itu adalah pelajaran yang
pantas untuk orang kejam seperti dia." Mereka pun tertawa gembira.
Di restoran, Kinchan menyajikan menu barunya. Dan enaaakkk.. sekali.
Walau hanya makanan rumahan, tapi makanan yang dibuat Kinchan sangat
enak. Kinchan berkata kalau ia ingin membuka restoran dimana orang bisa
makan makanan rumah dengan suasana rumahan, "Dan akan ada nyonya
restoran yang sangat baik dan ramah menyambut mereka. Kita akan
menjalankan restoran itu bersama-sama."
Kotoko tercengang mendengarnya.
Naoki berjalan murung. Namun di tengah jalan ia berhenti, seakan tak
bisa memutuskan apakah ia harus terus berjalan. Ia mendongak saat
merasakan tetes hujan. Bukannya berlari berlindung, ia tetap berdiri di
tengah hujan yang semakin deras.
Kotoko tak bisa memberi jawaban sekarang, tapi Kinchan langsung menebak
kalau Kotoko tak mau menjawab karena masih cinta pada Naoki, "Aku akan
membuatmu melupakannya," Kinchan memegang bahu Kotoko namun Kotoko
menunduk, menghindari Kinchan, "Tidak! Jangan! Irie-Kun..!"
Tak hanya Kinchan yang kaget mendengar nama itu, tapi juga Kotoko. Ia
minta maaf pada Kinchan. Kinchan mengangguk frustasi, menyadari kalau
Kotoko masih tetap mencintai Naoki. Kotoko pun berlari pergi setelah
minta maaf sekali lagi.
Ditinggal sendiri, Kinchan hanya bisa membanting mangkuk di hadapannya dan berteriak marah.
Hujan masih turun di luar sana, tapi Kotoko terus berlari dan menyalahkan diri sendiri,
Aku benar-benar jahat. Aku membuat Kinchan berharap karena tindakanku
yang memberikan harapan. Tapi pada akhirnya.. yang keluar dari mulutku
adalah Irie-kun. Setelah sekian lama mencoba, terluka dan menyerah..
Tapi tetap saja Irie-kun.Aku tak tahu apa yang harus kulakukan."
Di bawah pohon, Kotoko berjongkok dan menangis. Hujan tetap membasahi
tubuhnya. Namun tiba-tiba tak ada air hujan yang menetes lagi dan
terdengar sapaan pelan, "Hei.." Kotoko mendongak dan ternganga tak
percaya,
"Irie-kun.. tapi kenapa?" |
"Aku datang untuk menjemputmu," |
"Kau datang untuk menjemputku?" ulang Kotoko bingung.
Naoki tak menjawab, malah mengulurkan tangan. Kotoko meraih tangan itu dan berdiri. Bersisian, mereka berjalan bersama.
"Apakah kau bersamanya?" tanya Naoki. Sesaat Kotoko bingung, maka Naoki menambahkan, "Maksudku Ikezawa."
"Oh.. iya. Aku tadi bersamanya."
"Kudengar ia telah melamarmu."
"Benar. Aku tak sejelek itu, kan," jawab Kotoko, mencoba berbangga.
"Apa jawabanmu?"
Kotoko terdiam sejenak sebelum menjawab, "Apapun yang kukatakan padanya,
tak ada urusannya denganmu, karena kau akan menikah dengan Sohoko-san."
Naoki tak merespon, maka Kotoko pun meneruskan. Ia akan pindah dari
rumah Naoki dan ia akan menikahi Kinchan, "Kami akan meneruskan restoran
bersama-sama."
"Apa kau mencintainya?"
"Kinchan sudah mencintaiku sejak awal SMA.."
"Apa kau mencintai seseorang hanya karena ia mengatakan kalau ia mencintaiku?" bentak Naoki.
"Kenapa? Apa ada masalah?" bentak Kotoko balik. "Bertahun-tahun cintaku
bertepuk sebelah tangan dan aku lelah terus mencintaimu. Pikirkan saja
Sahoko-san. Tinggalkan aku sendiri.."
Payung Naoki terlepas dan ia meraih bahu Kotoko, "Kau mencintaiku. Kau tak dapat mencintai orang selain diriku."
"Kau benar-benar percaya diri," seru Kotoko. "Benar, benar, benar. Tapi
aku tak dapat menghindarinya. Dan kau tak mencintaiku sama sekali. Kau
memang tak mencintaiku.."
.. dan Naoki menciumnya. Kemarahan yang dirasakan Kotoko langsung hilang
saat Naoki menciumnya, dan ia tak percaya saat Naoki berkata, "Jangan
pernah mengatakau kalau kau mencintai pria lain selain diriku."
"Ciuman kedua.." ujar Kotoko tak percaya.
"Ini yang ketiga," Naoki mengoreksi, membuat Kotoko bingung. "Kau tak
perlu menghitungnya lagi." Dan ia pun mencium Kotoko lagi dan
memeluknya.
Seluruh anggota keluarga sedang berkumpul, Mereka kaget saat Naoki
pulang dengan menggandeng Kotoko dan meminta pada Papa Aihara, "Saya
mohon, ijinkanlah saya untuk menikahi putri Bapak."
Semua terkesiap kaget, bahkan Kotoko juga. Ayah terbata-bata bertanya
apakah Noki serius. Naoki seirus, "Aku akhirnya menyadari. Aku.. akan
menikahi Kotoko. Tentu saja tak akan langsung. Aku harus meyakinkan agar
Oizumi-san menyetujuinya. Setelah perusahaan pulih dan kembali normal.
Tapi aku tak dapat memikirkan orang lain," Naoki menoleh ke belakang,
"Hanya dia yang aku inginkan."
Kotoko terbelalak mendengarnya. Naoki pun bertanya pada ayah Kotoko lagi, "Dapatkan Bapak merestui kami?"
Papa Aihara mencoba menyadarkan Naoki, "Naoki-kun, kau tahu kan ia tak
bisa apa-apa?" Tapi Naoki tetap mengiyakan. "Ia tidak pintar," ("Ya,
saya tahu.") "Ia tidak bisa memasak." ("Ya, saya tahu.") "Ia kikuk dan
ceroboh. Ia selalu melakukan kesalahan. ("Ya, saya tahu.")
Kotoko merengut mendengar ayahnya menunjukkan semua kelemahannya. Namun
ayahnya melanjutkan, "Tapi, ia ceria dan berani. Ia sangat teguh dan
penyayang."
Naoki tersenyum dan berkata, "Ya, saya tahu." Kotoko memandangi punggung Naoki, kaget mendengar jawaban Naoki.
Papa Aihara tak dapat menahan haru saat menyetujui permintaan Naoki dan
membungkuk, "Naoki-kun, kumohon jagalah Kotoko baik-baik."
Naoki pun mengiyakan dan menoleh ke belakang, "Apakah tak apa-apa jika
seperti ini, Kotoko?" Kotoko hanya bisa melong, mengangguk-angguk
mengiyakan.
Mama Irie langsung menghambur dan memeluk Kotoko, mengungkapkan kebahagiaannya, "Aku sudah menantikan hari seperti ini tiba."
Tapi Naoki masih harus meminta ijin pada satu orang lagi. Ia membungkuk
pada ayahnya, meminta ayahnya memaafkan dirinya yang egois, "Hal ini
akan mengacaukan dukungan finansial dari Direktur Oizumi dan juga
kerugian besar bagi Pandai."
Papa Irie bersedekap dan berkata kalau hal ini memang akan berakibat
buruk bagi Pandai,"Sebagai Presdir Pandai, aku tak dapat membiarkan
pegawaiku berbuat seenaknya. Dan jika kau tetap ingin menikahi
Kotoko-chan.. hanya ada satu syarat."
Ayah berdiri dan melanjutkan, "Kau harus mengundurkan diri dari Pandai
dan kembali ke sekolah untuk melanjutkan pendidikan sebagai dokter."
"Ayah.." Naoki terkejut. Begitu pula Kotoko.
"Apa kau pikir aku tak tahu?" Papa Irie tersenyum lebar, "Jangan
meremehkan ayahmu. Aku sudah tahu. Aku yang membangun Pandai. Aku pula
yang akan membangunnya kembali. Aku akan berbicara dengan Direktur
Oizumi. Kau, kejarlah impianmu bersama Kotoko-chan."
"Terima kasih," Naoki kembali membungkuk pada ayahnya. "Terima kasih banyak, ayah."
Kotoko ikut bahagia mendengarnya. Tapi ia kemudian teringat sesuatu.
Bagaimana dengan Pandai? Papa Irie pun hanya bisa menghela nafas.
Mendadak suara Yuki memecah keheningan, "Aku yang akan melakukannya.
Akan butuh waktu memang, tapi Ayah bisa bekerja sampai aku besar nanti.
Jadi kakak bisa menjadi dokter."
Ahh... Mama Irie senang mendengarnya. Ia sangat bahagia mendengar semua
ini, "Kita akan menjadi keluarga yang sebenarnya." Papa Aihara pun masih
terharu dan tak malu untuk mengusap air matanya. Papa Irie meminta
Kotoko dan Naoki untuk segera berganti baju sebelum merayakan
kegembiraan ini.
Seperti mimpi, di kamar Kotoko Naoki menutupi wajah Kotoko dengan
kerudung, dan menyibaknya perlahan, seperti pengantin baru yang baru
saja ditasbihkan.
Eitss.. bukan, ya? Ternyata 'kerudung' itu hanyalah handuk untuk mengeringkan rambut Kotoko.
Naoki memegang kedua pipi Kotoko sebelum melepaskan handuk itu.
Malu-malu Kotoko memandang Naoki. Ia merasa takut, "Aku merasa kau akan
kembali ke Naoki yang kejam lagi saat aku besok bangun pagi."
"Jadi apa kau mau tidur denganku?" goda Naoki.
"Ah.. bukan itu yang kumaksud," Kotoko berteriak malu.
Naoki tersenyum dan mengacak-acak rambut Kotoko sayang. Kotoko pun
bertanya lagi, "Apa kau yakin kalau kau memang menginginkanku?"
Anggukan Naoki membuat Kotoko tersenyum dan berkata, "Aku mencintaimu, Irie-kun."
"Aku tahu.. lebih dari cukup," jawab Naoki. Kotoko merajuk karena ia
masih belum pernah mendengar kata-kata kalau Naoki mencintainya. Naoki
pun memeluk Kotoko, "Aku mencintaimu."
Kotoko terbelalak mendengar kata-kata itu. Dan senyumnya mengembang saat merasakan kecupan Naoki di kepalanya.
Ia balas memeluk Naoki, tanpa sadar kalau ada tangan membawa kamera
masuk ke dalam ruangan. Klik. Dan pintu pun tertutup kembali. Hahaha..
Mama Irie nih masih sempat-sempatnya.
Dan matanya pun bersinar seperti biasa jika ia mempunya rencana saat
bertanya-tanya, "Kapan ya hari Minggu baik yang paling cepat untuk
sebuah pernikahan?"
Mama Irie membawa seluruh anggota keluarga untuk berjalan-jalan, tak
menggubris keluhan Papa Irie yang harus bangun pagi padahal hari Minggu.
Ia meminta maaf pada temannya, tapi Papa Aihara tak mempermasalahkan
hal ini. Tapi yang jadi pertanyaannya, memang Mama Irie akan membawa
mereka kemana?
"Ke pernikahan," Mama Irie pun menunjukkan kalau ia sudah sampai.. ke depan gereja,
Bwahaha.. tentu saja semua terkejut. Naoki berkata kalau ia tak pernah
mendengar rencana ini. Tentu saja karena Mama Irie membuat hal ini
sebagai hadiah kejutan. Semua telah lengkap. Bahkan tamunya juga.
Haduhh... gubrak banget. Belum pulih dari kejutan ini, Mama Irie menyuruh semua anggota Irie dan Aihara untuk berganti baju.
Walau sudah berdandan cantik dengan gaun pengantin, Kotoko
tersenyum-senyum tapi masih tak bisa mempercayai kalau ia sebentar lagi
akan menikah. Yuki datang dan berkomentar, "Fair feathers make fair
fowls." Tentu saja Kotoko tak mengerti maksud Yuki. Setelah menghina
Kotoko, Yuki pun menjelaskan peribahasa yang baru saja ia katakan,
"Maksudnya bulu-bulu yang cantik membuat seekor burung tampak indah.
Dengan kata lain, setiap orang yang memakai baju bagus tentu saja
kelihatan cantik."
Kotoko pun merengut. Apa Yuki sampai sekarang masih suka menghinanya.
Yuki tersenyum dan berkata kalau ia akan memberitahukan sesuatu sebagai
hadiah pernikahan.
Dan ia pun berbisik pada Kotoko, yang bisikannya membuat senyum Kotoko lebar.
Kinchan menghampiri Naoki yang duduk sendirian. Ia memuji Naoki yang
kelihatan keren. Naoki berkata perlahan, "Aku akan membawa Kotoko."
Kinchan sesaat terdiam menunduk. Tapi ia kemudian tertawa kecil,
"Astaga, Kotoko benar-benar berselera buruk." Namun dengan nada serius
ia meminta agar Naoki membahagiakan Kotoko. Naoki akan tahu akibatnya
jika Naoki sedikit saja membuat Kotoko menangis. Naoki mengiyakan. Tapi
Kinchan belum selesai berbicara, "Kau tak bisa lengah sedikitpun," kata
Kinchan serius, dan dengan nada lucu ia meneruskan, "Karena aku akan
siap menunggu."
Naoki tersenyum mendengarnya. Ia pun mengulurkan tangan dan mereka pun
berjabat tangan. Walau dengan nada lebay Kinchan berbalik kemudian
meringis memandangi tangannya, "Tidak.. aku sudah berjabat tangan
dengannya."
Bahkan Naoki pun tersenyum melihat keantikkan Kinchan.
Di gereja, Mama Irie memotret Naoki yang tampak kesal. Kesal pada siapa lagi kalau bukan pada Mamanya.
Tapi kekesalannya hilang saat melihat Kotoko masuk ke gereja dengan
digandeng Papa Aihara. Sampai di depan, Naoki membungkuk pada Papa
Aihara dan Papa Aihara juga membungkuk sebelum menyerahkan Kotoko pada
Naoki.
Mereka pun berjalan bersama dan Naoki berbisik, "Benar-benar tak nyaman
karena semuanya telah diputuskan. Tapi karena kau tampak cantik, aku
akan menerimanya."
Aww... Naoki bilang Kotoko cantik. Nggak cuman saya, Kotoko juga kaget mendengar pujian Naoki untuk pertama kalinya.
Mereka pun saling berjanji dan bertukar cincin. Saat pendeta mengijinkan
pengantin pria untuk mencium mempelainya, Kotoko tersenyum dan
bertanya, "Hei, Irie-kun. Kau sebenarnya telah mencintaiku sejak dahulu,
kan?"
"Hah? Apa sekarang kau mengayal yang tidak-tidak?" tanya Naoki langsung
melepaskan tangannya dari bahu Kotoko. Tapi Kotoko kali ini hanya
tersenyum menang dan berkata, "Aku sudah mendengar tentang ciuman kedua
kita. Yuki yang diam-diam mengatakannya padaku."
Naoki memandang kesal pada adiknya. Kotoko tersenyum lebar dan menggoda, "Kau juga jatuh cinta padaku, Irie-kun."
Tak disangka, Kotoko berjinjit memeluk dan mencium Naoki, membuat kaget
semuanya. Kotoko tersenyum jahil, "Kau pantas mendapatkannya."
Naoki tersenyum mendengar kata-kata yang dulu pernah ia ucapkan saat
ciuman pertama mereka dulu, "Aku kalah padamu." Terdengar sorak-sorai
dan tepuk tangan dari para tamu. Mereka pun tersenyum bahagia.
Sepasang pengantin itupun keluar diiringi hujan bunga dari para tamu.
Dan mendadak mereka melihat bintang jatuh. Kotoko pun berseru melihat
keajaiban yang jarang terjadi, "Bintang jatuh? Di siang hari?"
"Kemungkinan terkena bintang jatuh adalah sepersepuluh milyar," dan Naoki menatap Kotoko sayang. "Bertemu denganmu adalah lebih dari sebuah keajaiban itu."
Kotoko terkejut mendengar ucapan suaminya, namun ia tersenyum bahagia mendengarnya.
Komentar :
Beneran butuh edisi Director's cut, deh. Episode 16 ini benar-benar
seperti menonton potongan-potongan adegan. Apalagi di separuh akhir
episode 16 ini. Bahkan ending title pun juga muncul saat Kotoko masuk
gereja. Seperti waktunya kurang. Kalau saja drama ini diextent satu atau
dua episode. Karena buat saya.. kurang banget..!
Masa iya Direktur Oizumi nggak marah, sih? Juga kita tak melihat reaksi
Kinchan. Di anime-nya kelihatan banget Kinchan terpukul dan Kotoko -
Naoki menemui Kinchan, khusus setelah mereka jadian. Dan sepertinya Papa
Irie tahu impian Naoki menjadi dokter karena tas isi buku kedokteran
yang belum sempat dibuang oleh Naoki deh.. Jadi sepertinya memang banyak
adagang yang dipotong.
Tapi bisa dimaklumi sih.. Ini drama Jepang bukan drama Korea. Apalagi
sinetron. Terus juga pengen liat terusannya. Kan nggak diliatin apa yang
akan menjadi impian Kotoko. Pengen liat.. Butuh season 2.
Keren banget filmnya!aaaa♥ makasih ya atas hidangan sinopsisnya walaupun blm nonton filmnya tapi keren deh♡♡
BalasHapusBedanya pa ma naughty kiss(itazura na kiss versi korea)???menurut q sama..cuma beda tokoh..
BalasHapusini sebenarnya cerita yang diambil dalam versi asli taiwan judul nya "They Kiss Again" tetapi seiring berkembang dibuat versi jepang dan korea-Mahalani
HapusMaaf sekali, yang betul aslinya justru dari Jepang. kisah ini diambil dari sebuah komik/manga karangan Tada Kaoru Sensei berjudul Itazura Na Kiss yang booming di tahun 1990-an yang selanjutnya dibuat versi dorama Jepangnya juga di tahun 1996 yang dibintangi Takashi Kashiwabara dan Aiko Sato, selanjutnya barulah ada yang versi Taiwannya dengan judul They Kiss Again, yang selanjutnya di remake lagi di Korea dengan judul Playfull Kiss sebelum akhirnya kembali lagi di remake di Jepang dengan judul aslinya yang ditambah dengan kalimat love In Tokyo (mungkin untuk membedakannya dengan versi tahun 1996). Selain beberapa versi itu ada juga versi anime yang mirip sekali dengan gambar manga/komiknya. Kebetulan saya nonton semua versi di atas kecuali yang versi Taiwan karena maaf katanya terlalu vulgar.
HapusYang Versi Taiwan Bukannya It Start With A Kiss? Sorry Kalo Salah :D
HapusSukaaaaaaaaaa...
BalasHapusPahit manisnya itu berasa bnget
terimakasih buat penulisnyaaa.. seneng bgt akhirnya kelar jg bacanya..
BalasHapusSuka banget ama itazura naa kiss. Iya... Aku juga ada komiknya... Lebih detail ceritanya....
BalasHapusterlalu memaksakan kotokonya... terlalu ditindas..walau ending nya bagus..
BalasHapuskayaknya memang hanya terjadi didunia komik deh... hahaha
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusCerita nya seru... Klo bisa tlng buat sinopsis yg ad adegan d cut gambar n jalan cerita. Jd lebih seru d bacany...
BalasHapusDari Semua Versi Itazura Na Kiss, Paling Suka Sama Yang Jepang Inii...
BalasHapusTernyata perjuangan kotoko ga sia-sia,apa aku harus kaya kotoko?
BalasHapusNonton dramanya lengkapnya dimana ya ka?
BalasHapus