Minggu, 28 Juli 2013

Sinopsis nail shop paris eps 10 part 1

Episode 10
Yeo Joo bertanya, “Apa kau baik-baik saja dengan hal itu?” Alex menjawab, “Jika itu sesuatu yang tidak bisa kutahan (perasaan), maka aku akan melepaskannya (menyatakannya). Aku menyukaimu, Bunny.” Ponsel Yeo Joo berdering. Ia perlahan mengambil ponsel dari sakunya. Telepon dari Kei. Yeo Joo terdiam kemudian pergi keluar. Setelah Yeo Joo pergi, Alex terlihat lemah. Ia lalu duduk dipinggir tempat tidur.

Yeo Joo duduk diam, merenung didepan laptopnya. Ia melihat cincin pemberian Kei yang tersemat dijari manisnya. Ia lalu menunduk lemah dan kemudian melihat kertas ujian yang ada diatas meja.
Jin bingung. Paris akan segera buka, tapi kenapa Yeo Joo belum juga datang? Apa ia harus menelponnya? Mi Rye mengatakan dia (Yeo Joo) akan datang.
Dan benar saja, Yeo Joo datang. Jin menghampirinya lalu menaruh tangan dipundak Yeo Joo. Apa Yeo Joo telat karena tidak tidur semalaman demi belajar untuk ujian? Yeo Joo tersenyum tipis. Ia lalu melepaskan tangan Jin dari bahunya. Jin heran.
Yeo Joo menghampiri Mi Rye kemudian membungkuk. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Mi Rye. Ia mengundurkan diri. Semua terkejut, tapi entah mengapa sepertinya ekspresi Alex datar saja. Mi Rye sepertinya kurang terkejut. Ia lalu mengajak Yeo Joo pergi ke suatu tempat untuk mendiskusikan sesuatu. Yeo Joo mengangguk pelan. Mi Rye lalu pergi (cara jalannya elegan banget sih~~).
Yeo Joo hendak menyusul tapi tangannya ditahan oleh Kei. Kei bertanya, “Kenapa kau melakukan ini?” Yeo Joo tersenyum tipis. Semua orang sudah tahu dan ia tak ingin terus berbohong. Yeo Joo perlahan menepis tangan Kei. Ia pun pergi menyusul Mi Rye.
Jin masih tidak mengerti, “Apa yang dibilangnya (she)?” Kei menatap Alex yang sedari tadi tidak melakukan apapun dan masih dengan ekspresi yang sama.
Yeo Joo bertanya kemana mereka akan pergi. Mi Rye menjawab, “Kau akan tahu jika kita sudah tiba disana.” Ia menanyakan alasan Yeo Joo mengundurkan diri. Yeo Joo mengaku kalau ia berbohong mengenai sesuatu. Mi Rye tersenyum, “Kojimal (bohong)? Apa.. tentang kau seorang gadis bukan seorang pria?” Yeo Joo menatap Mi Rye. Mi Rye bertanya, “Bunny, eh bukan. Yeo Joo, apa kau berpikir itu kebetulan ketika kau bekerja di Paris?” Yeo Joo tidak mengerti maksudnya. Mi Rye hanya tersenyum.
Mi Rye membawa Yeo Joo ke rumah yang dulunya ditinggali Yeo Joo (saat kecil). Bagaimana Mi Rye tahu tempat itu? Gunung itu, dulu Yeo Joo pernah tersesat disana. Dan orang yang menyelamatkan Yeo Joo dulu adalah.. Mi Rye!
[Flash Back]
Saat itu ada seekor Gumiho yang menyelamatkan Yeo Joo. Jika dulu wajah Gumiho itu tampak buram sekarang tidak. Wajah itu terlihat jelas. Gumiho itu adalah Mi Rye.
Yeo Joo tidak percaya begitu saja. Mi Rye lalu membuktikannya dengan kalung Gumihonya. Kalung yang dilihat Yeo Joo dulu adalah yang palsu. Mi Rye sudah membodohi Yeo Joo. Tapi, kenapa Mi Rye melakukan hal itu padanya? Mi Rye menjawab, “Aku hanya ingin menolongmu seperti yang kulakukan 16 tahun yang lalu. Aku membaca fanfiction mu. Itu menjelaskan kepribadianmu dengan baik.”
Mi Rye lalu memberi penjelasan lagi, “Mutasi terlahir dari hubungan manusia dan Gumiho. Dan mutasi itu kau, Bunny.” Yeo Joo terkejut, ia sepertinya tidak percaya.
Ji Soo membelikan baju baru untuk Jin. Tapi Jin malah mengkhawatirkan Ji Soo yang baru pulang dari rumah sakit. Ji Soo mengatakan ia baik-baik saja. Jin butuh beberapa pakaian untuk interview dan Ji Soo ahli dalam bidang itu (memilih pakaian). Jin tersenyum tipis.
Jin akan di interview dari majalah yang sama dengan yang lalu karena interview yang sebelumnya melejit. Ji Soo menanyakan nama majalahnya, ia ingin membacanya. Jin terdiam. Ia teringat saat Yeo Joo yang juga membacanya melihat tulisan pernyataan bahwa Jin tidak punya pacar. Jin melarang Ji Soo membacanya, ia beralasan kalau dirinya malu. Jin menawarkan diri untuk membeli makanan.
Kei tengah melayani pelanggan. Ia tak konsentrasi sehingga salah memberikan warna. Pelanggan itu marah. Semua orang melihat ke arahnya. Alex lalu meminta maaf dan mengatakan akan mengulanginya. Pelanggan itu kesal, ia tak punya banyak waktu. Alex lalu mengambil sebuah kutex. Ia menyentuh pundak Kei lalu menyuruhnya untuk mendapatkan udara segar karena dia tidak bisa berkonsentrasi. Kei pun pergi.
Jin menyemangati Kei, “Kau tahu pelanggan kadang sulit ditangani. Jadi jangan marah.” Kei mengangguk lalu pergi.
Kei menuju ke lokernya. Ia bersandar disana untuk menenangkan diri. Ia lalu berjalan ke arah loker Yeo Joo kemudian membuka pintu loker itu. Ia lalu memanggil nama pemilik loker itu sambil menatap gantungan boneka yang diberinya sebagai jimat agar Yeo Joo lulus.
Yeo Joo berada dikamarnya. Ia menatap cermin, teringat percakapannya dengan Mi Rye.
[Flash back]
“Kau seorang Gumiho tapi saat belum bangkit kau hanyalah seorang manusia normal. Tapi saat kau terbangkitkan, saat berumur 20 tahun banyak hal akan berubah.” Ujar Mi Rye.
Yeo Joo sepertinya ingin mempercayai hal itu karena menurutnya Mi Rye tidak akan berbohong mengenai hal seperti itu. Ia lalu berdiri didepan cermin kemudian berbalik. Ia memegang bokongnya, siapa tahu akan muncul ekor disana. Yeo Joo cepat-cepat duduk kembali ke pinggir kasur. Ia membantah hal itu, tidak mungkin.
Yeo Joo mengambil ponselnya kemudian mengetik nama seseorang di pencarian daftar kontak. Ia menelpon Ayahnya.
Ji Soo berlari menuju Jin. Ia meminta maaf karena telat, syutingnya diundur. Jin kesal begitu tau kalau Ji Soo langsung kesitu setelah pulang bekerja padahal ia sudah menyuruhnya untuk beristirahat dulu. Ji Soo tersenyum, ia tak ingin berdiam diri dirumah. Ia lalu mengajak Jin masuk karena mereka sudah terlambat.
Jin dan Ji Soo masuk ke cafe, sudah ada pewawancara yang kemarin ditemui Jin. Ia mengenalkan pewawancara itu pada Ji Soo. Dia adalah Reporter Kim. Ji Soo tersenyum. Ia kembali meminta maaf, karena dirinya Jin terlambat. Ia meminta agar Rep. Kim tidak marah. Rep. Kim mengiyakan. Ia lalu bertanya, “Siapa anda? Bukankah kau bilang di interview lalu kau tak punya pacar? Jadi aku tulis kau tak punya pacar. Apa kau belum melihatnya?”
Senyum Ji Soo menghilang. Jin berusaha memegang lengannya tapi Ji Soo menepisnya. Jin ingin menjelaskannya, tapi nanti. Ji Soo tetap memasang wajah marahnya.
Jin mengejar Ji Soo yang berjalan didepannya. Ia memegang pergelangan tangan Ji Soo. Jin meminta maaf, ia harus berbohong demi fans nya. Ji Soo kecewa, ternyata fans lebih berarti daripada dirinya. Ia bahkan memutuskan keluar dari rumah sakit karena Jin. Jin salah tanggap. Apa ini berkaitan dengan Dokter Jeong? Ji Soo menghela nafas. Kenapa jadi membicarakan Dokter Jeong? Jin kesal, kan Ji Soo yang lebih dulu membahasnya. Ji Soo yang bilang kalau ia sedih meninggalkannya (DJ) karena dia. Ji Soo ingin mengatakan sesuatu tapi sepertinya ia sulit mendeskripsikannya.
Jin menarik tangan Ji Soo lalu membukakan pintu taksi untuknya. Ia meminta maaf karena tidak bisa mengantar Ji Soo pulang. Ji Soo masuk ke dalam taksi kemudian pergi. Jin hanya bisa menghela nafas.
Ji Soo yang berada didalam taksi mengatai Jin brengsek. Ia lalu menangis.
[파리스 네일/Paliseu Neil]
Seorang pria tengah memberi makan kambing. Tampak Yeo Joo berjalan dari kejauhan.
Yeo Joo menghampiri pria yang tadi. Ternyata dia adalah ayahnya. Yeo Joo sedikit kesal karena Ayah tidak memberinya pelukan padahal ia baru tiba. Ayah bicara dengan nada yang kasar, “Itu aneh. Kenapa kau datang pagi-pagi?” Yeo Joo menjawab, “Aku datang untuk menemui Ayah jadi aku naik kereta pertama pagi ini.” Ayah bertanya dengan kasar, “Kenapa? Kau butuh uang?!” Yeo Joo memukul lengan Ayahnya. Ia sedikit bergurau dan membuat ayahnya sedikit tersenyum. Ayah pun mengajaknya masuk.
Ayah membawa teh lalu duduk. Ia menyadari style rambut Yeo Joo yang seperti laki-laki. Mereka lalu minum teh. Ayah menanyakan alasan kedatangan Yeo Joo. Tentu saja Yeo Joo berbohong kalau ia hanya merindukan Ayahnya. Ia lalu memperhatikan wajah Ayahnya. Ayah heran. Yeo Joo lalu bertanya sambil terus memperhatikan, “Tidakkah kau terlihat.. menua?” Ayah memukul kepala Yeo Joo dengan lembut. Yeo Joo balas memukul lengan Ayahnya. Menurutnya Ayah tampak awet muda. (wkk~ gumiho juga awet muda, kan?)
Yeo Joo lalu mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kantongan plastik berisi gurita. Ia memberikan makanan itu pada Ayahnya. Ayah memakan gurita itu dengan lahap. Yeo Joo memperhatikannya. Ia lalu bertanya, “Tidakkah kau merasakan sesuatu?” Ayah menggeleng pertanda tidak.  Yeo Joo lalu bergumam, “Ngak mungkin seorang vegetarian adalah gumiho.” Ayah mendengarnya, “Gumiho?” Yeo Joo segera membantahnya.”
Yeo Joo kepikiran. Ia menanyakan Ibunya. Ayah terdiam. Yeo Joo bercerita, “Nenek bilang kalog ibu meninggal karena kecelakaan mobil ketika aku masih bayi. Sejujurnya, aku tak ingat sama sekali.”
“Dia tidak meninggal.” Ayah lalu menghela nafas, “Ayah akan ceritakan sekarang karena kau sudah dewasa. Dia kabur setelah melahirkanmu. Sebenarnya, aku merasa menyesal padamu. Kau satu-satunya anakku. Aku tidak bisa baik padamu karena setiap kali aku melihatmu, aku teringat padanya.”
Yeo Joo menunduk. “Seperti apa Ibu? Apa masih ada fotonya?” Ayah masih memilikinya tapi ia sudah lupa menaruhnya dimana. Tapi, untuk apa foto itu? Yeo Joo mengatakan kalau ia ingin melihat wajahnya, hanya sekedar. Ayah lalu berjanji akan mengirimkannya jika sudah ketemu.
Kei berjalan menuju kasir lalu mengambil gagang telepon. Alex menghampiri seorang pelanggan. Pelanggan itu menyadari bahwa Yeo Joo tidak ada. Apa dia berhenti? Alex membantahnya, dia sedang cuti. Pelanggan itu mengangguk mengerti. Kei yang tadi menaruh gagang telepon ditelinganya melihat ke arah Alex.
I love the scene. So peaceful.
Ayah dan Yeo Joo berada di luar lapangan. Ayah bertanya, “Hei, apa kau tak pulang?” Yeo Joo balik bertanya, “Kenapa? Aku bisa membantu Ayah. Apa Ayah tak suka?” Ayah mengejek, Yeo Joo hanya akan mengganggunya saja.
Ayah memberi nasehat “Aku tak tau yang terjadi. Tapi jika belum terselesaikan lebih baik kau kembali.” Yeo Joo menatap Ayah. Ayah bertanya dengan garang, “Kenapa? Apa kau takut aku tau sesuatu? Aku bisa tau karena kau tak pernah menelpon dan datang kesini sebelumnya.” Yeo Joo menghela nafas, raut wajahnya sedih.
Ayah lalu memegang pundak Yeo Joo, “Aku tak tau apa yang kau khawatirkan. Ini seperti dunia rumit dan kacau. Tapi setelah kau melaluinya dan melihat kebelakang, kau akan tahu itu bukan apa-apa. Apapun yang kau dengar, cobalah untuk menutup mata dan telinga dan lakukan apa yang kau inginkan. Mengerti?”
Yeo Joo tersenyum mendengarnya. Ia bertanya dengan nada mengejek, “Apa itu cara Ayah hidup disini dan membersihkan kotoran domba?” Ayah kesal. Ia tak menanggapi dan malah menyuruh Yeo Joo menyelesaikan tugasnya sebelum pulang. Ayah lalu pergi. Yeo Joo kesal, ia akan mengerjakannya.
Jin berada ditoko bunga. Ia mencari bunga yang mengekspresikan permintaan maaf. Pemilik toko mengatakan mereka memilikinya, ia pun mencarinya. Jin memuji diri, “Jin kau memang pria sejati. Kau bisa melepaskan harga diri demi pacarmu.” Ia lalu tersenyum dan mengambil ponsel dari sakunya.
Ji Soo baru saja turun dari mobil van nya. Ia mendapat pesan dari Jin, “Soulmate-mu (belahan jiwamu) dalam perjalanan menemuimu untuk meminta maaf.” Ji Soo tersenyum membacanya kemudian membalas, “cepatlah datang.”
(Aww~~ they’re so sweet. I hope I have that kind of relationship. Haha~ I’m still a kid -_-)
Ji Soo hendak masuk ke apartemennya. Tiba-tiba Dokter Jeong datang. Ia bertanya, “Kau pikir dengan menghilang seperti ini kita akan berakhir?” Ji Soo bingung harus bersikap bagaimana. “Sejujurnya aku tak ingin menyukai orang yang sudah punya pacar. Tapi kau juga menyukaiku.” Ji Soo segera membantah hal itu. “Kau sudah membuatku jatuh cinta. Kau tidak bisa pergi begitu saja.” Dokter Jeong tiba-tiba memegang tangan Ji Soo. Ia meminta penjelasan.
Dan dari belakang terlihat Jin dengan membawa sebuket bunga juga dengan senyum dibibirnya. Senyum itu menghilang ketika ia melihat Ji Soo dan Dokter Jeong berpegangan tangan. Ia langsung berteriak, “Lepaskan tangannya!” Ji Soo melihat kebelakang dan terkejut melihat Jin. Ia lalu mencoba melepaskan tangannya.
Jin menyuruh Dokter Jeong untuk melepaskan tangan Ji Soo. Dokter Jeong menantang, “Gimana kalog aku ga mau?” Jin memukul wajah Dokter Jeong secara tiba-tiba (aw~ apa Jin udah belajar bela diri? Wkk~~).
Ji Soo terkejut. Ia menanyakan kondisi Dokter Jeong lalu memarahi Jin. Jin marah, “Aku tak membutuhkan ini. Minta maaf? Lupakan sajalah.” Jin lalu melemparkan buket bunganya. “Bunny benar. Aku sangat bodoh.” Jin menatap tajam keduanya lalu pergi.
Ji Soo berteriak memanggil namanya. Dan tiba-tiba Ji Soo kesakitan. Ia memegang perutnya. Dokter Jeong terkejut. Ia menanyakan kondisi Ji Soo sambil menopang tubuh gadis itu.
Yeo Joo turun di halte. Ia mengambil ponselnya. “Oke, aku akan menutup mata dan telingaku dan melakukan apa yang kuinginkan.” tekad Yeo Joo. Ponselnya berdering. Ia tersenyum lalu menjawabnya, “Aku tau kau akan mengomeliku. Tunggu sebentar, aku hampir sampai (pulang).” Dan ternyata ada orang yang menelpon dari ponsel Ji Soo.
Yeo Joo masuk ke tempat Ji Soo dirawat. Dokter Jeong memberitahu bahwa infeksinya memburuk jadi dia butuh beberapa hari untuk dirawat.
Jin masuk ke tempat Ji Soo dirawat. Ia menatap Dokter Jeong sekilas dengan pandangan marah. Ia lalu menanyakan apa yang terjadi. Yeo Joo menggeleng pertanda tidak tahu. Dokter Jeong mengajak Jin bicara. Keduanya pun keluar.
Dokter Jeong berhenti lalu berbalik, menatap Jin. Ia akan memukul Jin sekali. Jin bingung. Dokter Jeong lalu memukulnya. “Jangan salahkan aku. Aku tidak memukulmu karena kau memukulku duluan. Ini untuk Ji Soo.” ujar Dokter Jeong.
“Dia keluar rumah sakit seperti ingin melarikan diri dari sesuatu. Kau pikir dia melakukan ini untuk siapa? Dia mencoba menahan perasaannya demi menjaga hubungan kalian. Apa kau tak mengerti? Meskipun dia sedang sakit saat berada dirumah sakit waktu itu, dia tetap menyebut namamu. Tapi apa yang kau lakukan? Kau bahkan tak memberinya kesempatan untuk menjelaskan. Aku tau semua ini terjadi karena kehadiranku jadi aku tak pantas mengatakannya. Tapi satu yang harus kukatakan. Kim Ji Soo terlalu baik untukmu. Mengerti?”
Dokter Jeong lalu pergi. Jin masih terpaku disana. Ia berusaha mencerna kata-kata itu.
Yeo Joo menjaga Ji Soo. Ia bertanya pada dirinya sendiri, “Kemana Jin pergi?”
Alex masuk ke ruang loker saat Kei juga ada disana. Ia hendak membuka pintu lokernya tapi tidak jadi. Ia lalu membicarakan mengenai sikap Kei yang kurang profesional. Ia menasehati Kei untuk memisahkan antara masalah pribadi dan pekerjaan. Kei menutup pintu lokernya. Ia menatap tajam pada Alex. Ia bertanya dengan dingin, “Bagaimana kau bisa begitu tenang? Siapa yang menyebabkan semua ini?” Alex menjawab, “Kau mendorongku untuk mengungkapkan perasaanku ke Bunny. Apa kau lupa?” Kei memperbesar suaranya, “Kubilang tak masalah mengatakannya, tapi bukan mengeluarkannya dari sini.”
Alex lalu membuat kesepakatan, “Apapun pilihan Bunny, jangan membenci satu sama lain.” Kei memukul tangannya ke loker. Ia menatap tajam Alex lalu pergi.
Yeo Joo menghampiri Jin yang berdiri diluar kamar tempat Ji Soo dirawat. Ia bertanya, “Hei Jin, apa yang terjadi?” Jin tersenyum lalu menjawab, nothing. Yeo Joo menanyakan kronologi sakitnya Ji Soo tapi Jin malah balik menanyakan mengenai penyakit Ji Soo. Yeo Joo pun memberitahu apa yang dikatakan dokter, penyakitnya sedikit sulit untuk sembuh. Yeo Joo menyuruh Jin bicara dengan Ji Soo karena gadis itu mencarinya. Jin pun memutuskan untuk masuk.
Yeo Joo yang memperhatikan tingkah Jin sedari tadi jadi bingung karena Jin bertingkah tidak seperti yang biasanya.
Jin duduk dikursi dekat tempat tidur Ji Soo. Gadis itu tampaknya sedang tidur. Ia teringat perbincangannya dengan Alex.
[Flash Back]
Alex dan Jin sedang minum di warung tenda. Alex memberi saran agar Jin kembali pada Ji Soo. “Meski Ji Soo punya perasaan ke dia, mungkin sekarang dia sadar siapa yang disukainya sekarang. Bila kau tak disampingnya, apa kau tak berpikir Ji Soo akan sangat sedih? Aku akan merasa sangat bersalah jika aku itu kamu.”
Ji Soo bangun dan melihat Jin duduk didekatnya. Ia pun duduk. Ji Soo meminta maaf karena ia tak bermaksud membuat Jin sakit hati, tapi.. Jin memotong, ia sudah tau. Ia lalu meminta maaf karena tak mempercayainya dan salah paham. “Aku egois, pemalas, sangat tak bisa diandalkan. Aku tau kau terlalu baik untukku. Aku akan berubah. Akan kulakukan yang terbaik agar kau bangga.” Ji Soo menggeleng, baginya Jin sudah menjadi pacar yang baik sekarang.” Jin tersenyum, “Benarkah?” Ji Soo mengangguk.. Jin lalu memberi ciuman lembut pada bibir Ji Soo.
Ji Soo menyuruh Jin untuk mencium pipinya. Jin menuruti. Keduanya sudah baikan sekarang.
Yeo Joo memperhatikan keduanya dari luar kamar. Ia tersenyum lalu berkomentar, “Jadi mirip love bird. Ini seperti syuting film.”
Yeo Joo berbalik dan sedikit terkejut melihat Dokter Jeong ada disana. Ia lalu memberi salam. Dokter Jeong lalu pergi. Yeo Joo merasa aneh melihatnya. Ia lalu mengambil ponsel dari sakunya, ada telepon dari Alex.
Yeo Joo datang ke Paris. Alex menghampirinya, “Kau sangat pintar membuat orang khawatir. Kau bahkan mematikan ponselmu.” Yeo Joo meminta maaf. Alex tersenyum tipis. Tapi, kenapa Alex menyuruhnya datang?
Alex bertanya, “Benar kau akan berhenti?” Yeo Joo menunduk lalu menjawab, “Kau dan Kei jadi kesulitan karenaku.” Alex bertanya, “Bunny, yang terpenting bukanlah kami berdua tapi kamu. Apa ini yang benar-benar kau inginkan? Apa kau juga akan menyerah pada ujian juga besok?” Yeo Jo tak tahu harus menjawab apa. “Kau bisa berhenti jika itu memang maumu. Tapi jangan menyerah pada ujiannya. Kau sudah banyak melakukan persiapan. Itu akan sia-sia. Kau se pendapat, kan?” Yeo Joo mengangguk.
Alex lalu menyuruh Yeo Joo berjanji. Ia mengulurkan kelingkingnya. Yeo Joo lalu mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Alex, ia berjanji.
Kei mendapat pesan dari Alex yang menyuruh agar Kei pergi ke Paris pukul 8.
“Tentang aku dan Kei.. Seseorang bilang melarikan diri dari masalah akan mengakhiri segalanya lebih cepat. Itu juga sama untuk kita. Siapapun yang kau pilih antara aku atau Kei harus pergi dari sini.” Yeo Joo tak ingin itu terjadi.
Alex perlahan mendekati Yeo Joo, “Bunny, aku juga tak ingin meninggalkan Paris dan aku juga tak ingin meninggalkanmu.” Dan Alex perlahan maju. Ia memeluk Yeo Joo.
Tepat disaat Kei masuk ke Paris dan melihat kejadian itu. Alex melepaskan pelukannya. Ia lalu menyapa Kei. Yeo Joo berbalik dan terkejut melihat Kei ada disana. Kei mendengus kesal. Yeo Joo maju selangkah, “Kei..” panggilnya. Kei yang emosi keluar dengan membanting pintu.

(Alex ahjussi tinggi yaks~ sampe terpaksa sedikit membungkukkan punggungnya demi meluk Yeo Joo. wkkk~~~~)
Sesaat Yeo Joo tampak bingung dengan langkah selanjutnya. Apa ia akan mengejar Kei atau menahan Alex agar tidak pergi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar