Episode 10
Yeo Joo bertanya, “Apa kau baik-baik saja dengan
hal itu?” Alex menjawab, “Jika itu sesuatu yang tidak bisa kutahan (perasaan),
maka aku akan melepaskannya (menyatakannya). Aku menyukaimu, Bunny.” Ponsel Yeo
Joo berdering. Ia perlahan mengambil ponsel dari sakunya. Telepon dari Kei. Yeo
Joo terdiam kemudian pergi keluar. Setelah Yeo Joo pergi, Alex terlihat lemah.
Ia lalu duduk dipinggir tempat tidur.
Yeo Joo duduk diam, merenung didepan laptopnya. Ia melihat cincin pemberian Kei yang tersemat dijari manisnya. Ia lalu menunduk lemah dan kemudian melihat kertas ujian yang ada diatas meja.
Jin bingung. Paris akan segera buka, tapi kenapa
Yeo Joo belum juga datang? Apa ia harus menelponnya? Mi Rye mengatakan dia (Yeo
Joo) akan datang.
Dan benar saja, Yeo Joo datang. Jin menghampirinya
lalu menaruh tangan dipundak Yeo Joo. Apa Yeo Joo telat karena tidak tidur
semalaman demi belajar untuk ujian? Yeo Joo tersenyum tipis. Ia lalu melepaskan
tangan Jin dari bahunya. Jin heran.
Yeo Joo menghampiri Mi Rye kemudian membungkuk. Ia
ingin mengatakan sesuatu pada Mi Rye. Ia mengundurkan diri. Semua terkejut,
tapi entah mengapa sepertinya ekspresi Alex datar saja. Mi Rye sepertinya
kurang terkejut. Ia lalu mengajak Yeo Joo pergi ke suatu tempat untuk
mendiskusikan sesuatu. Yeo Joo mengangguk pelan. Mi Rye lalu pergi (cara
jalannya elegan banget sih~~).
Yeo Joo hendak menyusul tapi tangannya ditahan
oleh Kei. Kei bertanya, “Kenapa kau melakukan ini?” Yeo Joo tersenyum tipis.
Semua orang sudah tahu dan ia tak ingin terus berbohong. Yeo Joo perlahan
menepis tangan Kei. Ia pun pergi menyusul Mi Rye.
Jin masih tidak mengerti, “Apa yang dibilangnya
(she)?” Kei menatap Alex yang sedari tadi tidak melakukan apapun dan masih
dengan ekspresi yang sama.
Yeo Joo bertanya kemana mereka akan pergi. Mi Rye
menjawab, “Kau akan tahu jika kita sudah tiba disana.” Ia menanyakan alasan Yeo
Joo mengundurkan diri. Yeo Joo mengaku kalau ia berbohong mengenai sesuatu. Mi
Rye tersenyum, “Kojimal (bohong)? Apa.. tentang kau seorang gadis bukan seorang
pria?” Yeo Joo menatap Mi Rye. Mi Rye bertanya, “Bunny, eh bukan. Yeo Joo, apa
kau berpikir itu kebetulan ketika kau bekerja di Paris?” Yeo Joo tidak mengerti
maksudnya. Mi Rye hanya tersenyum.
Mi Rye membawa Yeo Joo ke rumah yang dulunya ditinggali
Yeo Joo (saat kecil). Bagaimana Mi Rye tahu tempat itu? Gunung itu, dulu Yeo
Joo pernah tersesat disana. Dan orang yang menyelamatkan Yeo Joo dulu adalah..
Mi Rye!
[Flash Back]
Saat itu ada seekor Gumiho yang menyelamatkan Yeo
Joo. Jika dulu wajah Gumiho itu tampak buram sekarang tidak. Wajah itu terlihat
jelas. Gumiho itu adalah Mi Rye.
Yeo Joo tidak percaya begitu saja. Mi Rye lalu
membuktikannya dengan kalung Gumihonya. Kalung yang dilihat Yeo Joo dulu adalah
yang palsu. Mi Rye sudah membodohi Yeo Joo. Tapi, kenapa Mi Rye melakukan hal
itu padanya? Mi Rye menjawab, “Aku hanya ingin menolongmu seperti yang
kulakukan 16 tahun yang lalu. Aku membaca fanfiction mu. Itu menjelaskan
kepribadianmu dengan baik.”
Mi Rye lalu memberi penjelasan lagi, “Mutasi
terlahir dari hubungan manusia dan Gumiho. Dan mutasi itu kau, Bunny.” Yeo Joo
terkejut, ia sepertinya tidak percaya.
Ji Soo membelikan baju baru untuk Jin. Tapi Jin
malah mengkhawatirkan Ji Soo yang baru pulang dari rumah sakit. Ji Soo
mengatakan ia baik-baik saja. Jin butuh beberapa pakaian untuk interview dan Ji
Soo ahli dalam bidang itu (memilih pakaian). Jin tersenyum tipis.
Jin akan di interview dari majalah yang sama
dengan yang lalu karena interview yang sebelumnya melejit. Ji Soo menanyakan
nama majalahnya, ia ingin membacanya. Jin terdiam. Ia teringat saat Yeo Joo
yang juga membacanya melihat tulisan pernyataan bahwa Jin tidak punya pacar.
Jin melarang Ji Soo membacanya, ia beralasan kalau dirinya malu. Jin menawarkan
diri untuk membeli makanan.
Kei tengah melayani pelanggan. Ia tak konsentrasi
sehingga salah memberikan warna. Pelanggan itu marah. Semua orang melihat ke arahnya.
Alex lalu meminta maaf dan mengatakan akan mengulanginya. Pelanggan itu kesal,
ia tak punya banyak waktu. Alex lalu mengambil sebuah kutex. Ia menyentuh
pundak Kei lalu menyuruhnya untuk mendapatkan udara segar karena dia tidak bisa
berkonsentrasi. Kei pun pergi.
Jin menyemangati Kei, “Kau tahu pelanggan kadang
sulit ditangani. Jadi jangan marah.” Kei mengangguk lalu pergi.
Kei menuju ke lokernya. Ia bersandar disana untuk
menenangkan diri. Ia lalu berjalan ke arah loker Yeo Joo kemudian membuka pintu
loker itu. Ia lalu memanggil nama pemilik loker itu sambil menatap gantungan
boneka yang diberinya sebagai jimat agar Yeo Joo lulus.
Yeo Joo berada dikamarnya. Ia menatap cermin,
teringat percakapannya dengan Mi Rye.
[Flash back]
“Kau seorang Gumiho tapi saat belum bangkit kau
hanyalah seorang manusia normal. Tapi saat kau terbangkitkan, saat berumur 20
tahun banyak hal akan berubah.” Ujar Mi Rye.
Yeo Joo sepertinya ingin mempercayai hal itu
karena menurutnya Mi Rye tidak akan berbohong mengenai hal seperti itu. Ia lalu
berdiri didepan cermin kemudian berbalik. Ia memegang bokongnya, siapa tahu
akan muncul ekor disana. Yeo Joo cepat-cepat duduk kembali ke pinggir kasur. Ia
membantah hal itu, tidak mungkin.
Yeo Joo mengambil ponselnya kemudian mengetik nama
seseorang di pencarian daftar kontak. Ia menelpon Ayahnya.
Ji Soo berlari menuju Jin. Ia meminta maaf karena
telat, syutingnya diundur. Jin kesal begitu tau kalau Ji Soo langsung kesitu
setelah pulang bekerja padahal ia sudah menyuruhnya untuk beristirahat dulu. Ji
Soo tersenyum, ia tak ingin berdiam diri dirumah. Ia lalu mengajak Jin masuk
karena mereka sudah terlambat.
Jin dan Ji Soo masuk ke cafe, sudah ada
pewawancara yang kemarin ditemui Jin. Ia mengenalkan pewawancara itu pada Ji
Soo. Dia adalah Reporter Kim. Ji Soo tersenyum. Ia kembali meminta maaf, karena
dirinya Jin terlambat. Ia meminta agar Rep. Kim tidak marah. Rep. Kim
mengiyakan. Ia lalu bertanya, “Siapa anda? Bukankah kau bilang di interview
lalu kau tak punya pacar? Jadi aku tulis kau tak punya pacar. Apa kau belum
melihatnya?”
Senyum Ji Soo menghilang. Jin berusaha memegang
lengannya tapi Ji Soo menepisnya. Jin ingin menjelaskannya, tapi nanti. Ji Soo
tetap memasang wajah marahnya.
Jin mengejar Ji Soo yang berjalan didepannya. Ia
memegang pergelangan tangan Ji Soo. Jin meminta maaf, ia harus berbohong demi
fans nya. Ji Soo kecewa, ternyata fans lebih berarti daripada dirinya. Ia
bahkan memutuskan keluar dari rumah sakit karena Jin. Jin salah tanggap. Apa
ini berkaitan dengan Dokter Jeong? Ji Soo menghela nafas. Kenapa jadi
membicarakan Dokter Jeong? Jin kesal, kan Ji Soo yang lebih dulu membahasnya.
Ji Soo yang bilang kalau ia sedih meninggalkannya (DJ) karena dia. Ji Soo ingin
mengatakan sesuatu tapi sepertinya ia sulit mendeskripsikannya.
Jin menarik tangan Ji Soo lalu membukakan pintu
taksi untuknya. Ia meminta maaf karena tidak bisa mengantar Ji Soo pulang. Ji
Soo masuk ke dalam taksi kemudian pergi. Jin hanya bisa menghela nafas.
Ji Soo yang berada didalam taksi mengatai Jin
brengsek. Ia lalu menangis.
[파리스 네일/Paliseu Neil]
Seorang pria tengah memberi makan kambing. Tampak
Yeo Joo berjalan dari kejauhan.
Yeo Joo menghampiri pria yang tadi. Ternyata dia
adalah ayahnya. Yeo Joo sedikit kesal karena Ayah tidak memberinya pelukan
padahal ia baru tiba. Ayah bicara dengan nada yang kasar, “Itu aneh. Kenapa kau
datang pagi-pagi?” Yeo Joo menjawab, “Aku datang untuk menemui Ayah jadi aku
naik kereta pertama pagi ini.” Ayah bertanya dengan kasar, “Kenapa? Kau butuh
uang?!” Yeo Joo memukul lengan Ayahnya. Ia sedikit bergurau dan membuat ayahnya
sedikit tersenyum. Ayah pun mengajaknya masuk.
Ayah membawa teh lalu duduk. Ia menyadari style
rambut Yeo Joo yang seperti laki-laki. Mereka lalu minum teh. Ayah menanyakan alasan kedatangan Yeo Joo. Tentu
saja Yeo Joo berbohong kalau ia hanya merindukan Ayahnya. Ia lalu memperhatikan
wajah Ayahnya. Ayah heran. Yeo Joo lalu bertanya sambil terus memperhatikan,
“Tidakkah kau terlihat.. menua?” Ayah memukul kepala Yeo Joo dengan lembut. Yeo
Joo balas memukul lengan Ayahnya. Menurutnya Ayah tampak awet muda. (wkk~ gumiho juga awet muda, kan?)
Yeo Joo lalu mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah
kantongan plastik berisi gurita. Ia memberikan makanan itu pada Ayahnya. Ayah
memakan gurita itu dengan lahap. Yeo Joo memperhatikannya. Ia lalu bertanya,
“Tidakkah kau merasakan sesuatu?” Ayah menggeleng pertanda tidak. Yeo Joo lalu bergumam, “Ngak mungkin seorang
vegetarian adalah gumiho.” Ayah mendengarnya, “Gumiho?” Yeo Joo segera
membantahnya.”
Yeo Joo kepikiran. Ia menanyakan Ibunya. Ayah
terdiam. Yeo Joo bercerita, “Nenek bilang kalog ibu meninggal karena kecelakaan
mobil ketika aku masih bayi. Sejujurnya, aku tak ingat sama sekali.”
“Dia tidak meninggal.” Ayah lalu menghela nafas,
“Ayah akan ceritakan sekarang karena kau sudah dewasa. Dia kabur setelah
melahirkanmu. Sebenarnya, aku merasa menyesal padamu. Kau satu-satunya anakku.
Aku tidak bisa baik padamu karena setiap kali aku melihatmu, aku teringat
padanya.”
Yeo Joo menunduk. “Seperti apa Ibu? Apa masih ada fotonya?”
Ayah masih memilikinya tapi ia sudah lupa menaruhnya dimana. Tapi, untuk apa
foto itu? Yeo Joo mengatakan kalau ia ingin melihat wajahnya, hanya sekedar.
Ayah lalu berjanji akan mengirimkannya jika sudah ketemu.
Kei berjalan menuju kasir lalu mengambil gagang
telepon. Alex menghampiri seorang pelanggan. Pelanggan itu menyadari bahwa Yeo
Joo tidak ada. Apa dia berhenti? Alex membantahnya, dia sedang cuti. Pelanggan
itu mengangguk mengerti. Kei yang tadi menaruh gagang telepon ditelinganya
melihat ke arah Alex.
I love the scene. So peaceful. |
Ayah dan Yeo Joo berada di luar lapangan. Ayah
bertanya, “Hei, apa kau tak pulang?” Yeo Joo balik bertanya, “Kenapa? Aku bisa
membantu Ayah. Apa Ayah tak suka?” Ayah mengejek, Yeo Joo hanya akan
mengganggunya saja.
Ayah memberi nasehat “Aku tak tau yang terjadi.
Tapi jika belum terselesaikan lebih baik kau kembali.” Yeo Joo menatap Ayah.
Ayah bertanya dengan garang, “Kenapa? Apa kau takut aku tau sesuatu? Aku bisa
tau karena kau tak pernah menelpon dan datang kesini sebelumnya.” Yeo Joo menghela
nafas, raut wajahnya sedih.
Ayah lalu memegang pundak Yeo Joo, “Aku tak tau
apa yang kau khawatirkan. Ini seperti dunia rumit dan kacau. Tapi setelah kau
melaluinya dan melihat kebelakang, kau akan tahu itu bukan apa-apa. Apapun yang
kau dengar, cobalah untuk menutup mata dan telinga dan lakukan apa yang kau
inginkan. Mengerti?”
Yeo Joo tersenyum mendengarnya. Ia bertanya dengan
nada mengejek, “Apa itu cara Ayah hidup disini dan membersihkan kotoran domba?”
Ayah kesal. Ia tak menanggapi dan malah menyuruh Yeo Joo menyelesaikan tugasnya
sebelum pulang. Ayah lalu pergi. Yeo Joo kesal, ia akan mengerjakannya.
Jin berada ditoko bunga. Ia mencari bunga yang
mengekspresikan permintaan maaf. Pemilik toko mengatakan mereka memilikinya, ia
pun mencarinya. Jin memuji diri, “Jin kau memang pria sejati. Kau bisa
melepaskan harga diri demi pacarmu.” Ia lalu tersenyum dan mengambil ponsel
dari sakunya.
Ji Soo baru saja turun dari mobil van nya. Ia
mendapat pesan dari Jin, “Soulmate-mu (belahan jiwamu) dalam perjalanan
menemuimu untuk meminta maaf.” Ji Soo tersenyum membacanya kemudian membalas,
“cepatlah datang.”
(Aww~~ they’re so sweet. I hope I have that kind
of relationship. Haha~ I’m still a kid -_-)
Ji Soo hendak masuk ke apartemennya. Tiba-tiba
Dokter Jeong datang. Ia bertanya, “Kau pikir dengan menghilang seperti ini kita
akan berakhir?” Ji Soo bingung harus bersikap bagaimana. “Sejujurnya aku tak
ingin menyukai orang yang sudah punya pacar. Tapi kau juga menyukaiku.” Ji Soo
segera membantah hal itu. “Kau sudah membuatku jatuh cinta. Kau tidak bisa
pergi begitu saja.” Dokter Jeong tiba-tiba memegang tangan Ji Soo. Ia meminta
penjelasan.
Dan dari belakang terlihat Jin dengan membawa
sebuket bunga juga dengan senyum dibibirnya. Senyum itu menghilang ketika ia
melihat Ji Soo dan Dokter Jeong berpegangan tangan. Ia langsung berteriak, “Lepaskan
tangannya!” Ji Soo melihat kebelakang dan terkejut melihat Jin. Ia lalu mencoba
melepaskan tangannya.
Jin menyuruh Dokter Jeong untuk melepaskan tangan
Ji Soo. Dokter Jeong menantang, “Gimana kalog aku ga mau?” Jin memukul wajah
Dokter Jeong secara tiba-tiba (aw~ apa Jin udah belajar bela diri? Wkk~~).
Ji Soo terkejut. Ia menanyakan kondisi Dokter
Jeong lalu memarahi Jin. Jin marah, “Aku tak membutuhkan ini. Minta maaf?
Lupakan sajalah.” Jin lalu melemparkan buket bunganya. “Bunny benar. Aku sangat
bodoh.” Jin menatap tajam keduanya lalu pergi.
Ji Soo berteriak memanggil namanya. Dan tiba-tiba
Ji Soo kesakitan. Ia memegang perutnya. Dokter Jeong terkejut. Ia menanyakan
kondisi Ji Soo sambil menopang tubuh gadis itu.
Yeo Joo turun di halte. Ia mengambil ponselnya. “Oke,
aku akan menutup mata dan telingaku dan melakukan apa yang kuinginkan.” tekad Yeo
Joo. Ponselnya berdering. Ia tersenyum lalu menjawabnya, “Aku tau kau akan
mengomeliku. Tunggu sebentar, aku hampir sampai (pulang).” Dan ternyata ada
orang yang menelpon dari ponsel Ji Soo.
Yeo Joo masuk ke tempat Ji Soo dirawat. Dokter
Jeong memberitahu bahwa infeksinya memburuk jadi dia butuh beberapa hari untuk
dirawat.
Jin masuk ke tempat Ji Soo dirawat. Ia menatap
Dokter Jeong sekilas dengan pandangan marah. Ia lalu menanyakan apa yang
terjadi. Yeo Joo menggeleng pertanda tidak tahu. Dokter Jeong mengajak Jin
bicara. Keduanya pun keluar.
Dokter Jeong berhenti lalu berbalik, menatap Jin.
Ia akan memukul Jin sekali. Jin bingung. Dokter Jeong lalu memukulnya. “Jangan
salahkan aku. Aku tidak memukulmu karena kau memukulku duluan. Ini untuk Ji
Soo.” ujar Dokter Jeong.
“Dia keluar rumah sakit seperti ingin melarikan
diri dari sesuatu. Kau pikir dia melakukan ini untuk siapa? Dia mencoba menahan
perasaannya demi menjaga hubungan kalian. Apa kau tak mengerti? Meskipun dia
sedang sakit saat berada dirumah sakit waktu itu, dia tetap menyebut namamu.
Tapi apa yang kau lakukan? Kau bahkan tak memberinya kesempatan untuk
menjelaskan. Aku tau semua ini terjadi karena kehadiranku jadi aku tak pantas
mengatakannya. Tapi satu yang harus kukatakan. Kim Ji Soo terlalu baik untukmu.
Mengerti?”
Dokter Jeong lalu pergi. Jin masih terpaku disana.
Ia berusaha mencerna kata-kata itu.
Yeo Joo menjaga Ji Soo. Ia bertanya pada dirinya
sendiri, “Kemana Jin pergi?”
Alex masuk ke ruang loker saat Kei juga ada disana.
Ia hendak membuka pintu lokernya tapi tidak jadi. Ia lalu membicarakan mengenai
sikap Kei yang kurang profesional. Ia menasehati Kei untuk memisahkan antara masalah
pribadi dan pekerjaan. Kei menutup pintu lokernya. Ia menatap tajam pada Alex.
Ia bertanya dengan dingin, “Bagaimana kau bisa begitu tenang? Siapa yang
menyebabkan semua ini?” Alex menjawab, “Kau mendorongku untuk mengungkapkan perasaanku
ke Bunny. Apa kau lupa?” Kei memperbesar suaranya, “Kubilang tak masalah
mengatakannya, tapi bukan mengeluarkannya dari sini.”
Alex lalu membuat kesepakatan, “Apapun pilihan
Bunny, jangan membenci satu sama lain.” Kei memukul tangannya ke loker. Ia
menatap tajam Alex lalu pergi.
Yeo Joo menghampiri Jin yang berdiri diluar kamar
tempat Ji Soo dirawat. Ia bertanya, “Hei Jin, apa yang terjadi?” Jin tersenyum
lalu menjawab, nothing. Yeo Joo menanyakan kronologi sakitnya Ji Soo tapi Jin
malah balik menanyakan mengenai penyakit Ji Soo. Yeo Joo pun memberitahu apa
yang dikatakan dokter, penyakitnya sedikit sulit untuk sembuh. Yeo Joo menyuruh
Jin bicara dengan Ji Soo karena gadis itu mencarinya. Jin pun memutuskan untuk
masuk.
Yeo Joo yang memperhatikan tingkah Jin sedari tadi
jadi bingung karena Jin bertingkah tidak seperti yang biasanya.
Jin duduk dikursi dekat tempat tidur Ji Soo. Gadis
itu tampaknya sedang tidur. Ia teringat perbincangannya dengan Alex.
[Flash Back]
Alex dan Jin sedang minum di warung tenda. Alex
memberi saran agar Jin kembali pada Ji Soo. “Meski Ji Soo punya perasaan ke
dia, mungkin sekarang dia sadar siapa yang disukainya sekarang. Bila kau tak
disampingnya, apa kau tak berpikir Ji Soo akan sangat sedih? Aku akan merasa
sangat bersalah jika aku itu kamu.”
Ji Soo bangun dan melihat Jin duduk didekatnya. Ia
pun duduk. Ji Soo meminta maaf karena ia tak bermaksud membuat Jin sakit hati,
tapi.. Jin memotong, ia sudah tau. Ia lalu meminta maaf karena tak
mempercayainya dan salah paham. “Aku egois, pemalas, sangat tak bisa diandalkan.
Aku tau kau terlalu baik untukku. Aku akan berubah. Akan kulakukan yang terbaik
agar kau bangga.” Ji Soo menggeleng, baginya Jin sudah menjadi pacar yang baik
sekarang.” Jin tersenyum, “Benarkah?” Ji Soo mengangguk.. Jin lalu memberi
ciuman lembut pada bibir Ji Soo.
Ji Soo menyuruh Jin untuk mencium pipinya. Jin
menuruti. Keduanya sudah baikan sekarang.
Yeo Joo memperhatikan keduanya dari luar kamar. Ia
tersenyum lalu berkomentar, “Jadi mirip love bird. Ini seperti syuting film.”
Yeo Joo berbalik dan sedikit terkejut melihat
Dokter Jeong ada disana. Ia lalu memberi salam. Dokter Jeong lalu pergi. Yeo
Joo merasa aneh melihatnya. Ia lalu mengambil ponsel dari sakunya, ada telepon
dari Alex.
Yeo Joo datang ke Paris. Alex menghampirinya, “Kau
sangat pintar membuat orang khawatir. Kau bahkan mematikan ponselmu.” Yeo Joo
meminta maaf. Alex tersenyum tipis. Tapi, kenapa Alex menyuruhnya datang?
Alex bertanya, “Benar kau akan berhenti?” Yeo Joo
menunduk lalu menjawab, “Kau dan Kei jadi kesulitan karenaku.” Alex bertanya, “Bunny,
yang terpenting bukanlah kami berdua tapi kamu. Apa ini yang benar-benar kau inginkan?
Apa kau juga akan menyerah pada ujian juga besok?” Yeo Jo tak tahu harus
menjawab apa. “Kau bisa berhenti jika itu memang maumu. Tapi jangan menyerah
pada ujiannya. Kau sudah banyak melakukan persiapan. Itu akan sia-sia. Kau se pendapat,
kan?” Yeo Joo mengangguk.
Alex lalu menyuruh Yeo Joo berjanji. Ia
mengulurkan kelingkingnya. Yeo Joo lalu mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Alex, ia berjanji.
Kei mendapat pesan dari Alex yang menyuruh agar Kei pergi ke Paris pukul 8.
“Tentang aku dan Kei.. Seseorang bilang melarikan
diri dari masalah akan mengakhiri segalanya lebih cepat. Itu juga sama untuk
kita. Siapapun yang kau pilih antara aku atau Kei harus pergi dari sini.” Yeo
Joo tak ingin itu terjadi.
Alex perlahan mendekati Yeo Joo, “Bunny, aku juga
tak ingin meninggalkan Paris dan aku juga tak ingin meninggalkanmu.” Dan Alex
perlahan maju. Ia memeluk Yeo Joo.
Tepat disaat Kei masuk ke Paris dan melihat
kejadian itu. Alex melepaskan pelukannya. Ia lalu menyapa Kei. Yeo Joo berbalik
dan terkejut melihat Kei ada disana. Kei mendengus kesal. Yeo Joo maju
selangkah, “Kei..” panggilnya. Kei yang emosi keluar dengan membanting pintu.
(Alex ahjussi tinggi yaks~ sampe terpaksa sedikit membungkukkan punggungnya demi meluk Yeo Joo. wkkk~~~~)
Sesaat Yeo Joo tampak bingung dengan langkah
selanjutnya. Apa ia akan mengejar Kei atau menahan Alex agar tidak pergi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar