Hye-sung jalan
berputar di dekat lampu jalan, sambil bawa kembang api. Ternyata dia nungguin
Do-yeon, mencegat tepatnya. Do-yeon ketakutan, apalagi liat Hye-sung bawa
kembang api. Hye-sung membuat Do-yeon mengaku kalau dia berbohong. Ketika
Hye-sung mencoba mengajak Do-yeon untuk mengaku berbohong pada ayah dan ibunya,
mereka mendengar suara. Lalu mereka berlari kea rah sumber suara. Mereka
melihat seseorang membunuh orang yang ada di dalam mobil. Ya, itu mobil Soo-ha
kecil dan ayahnya.
Saat pembunuh itu akan
memukul Soo-ha kecil, Hye-sung mengeluarkan hp nya dan akan memotretnya, trs hp
nya bunyi “smile” gt, si pembunuh mendengarnya, dan melihatnya. Do-yeon segera
berlari, dan menyuruh Hye-sung segera lari. Hye-sung terdiam sesaat, kemudian
akan berlari, tapi berhenti lagi karena melihat Soo-ha yang masih hidup.
Pembunuh semakin mendekat, Hye-sung pun berlari mengikuti Do-yeon. Si pembunuh
mengejar mereka.
Hye-sung dan Do-yeon
sembunyi di semak-semak. Si pembunuh memukul-mukul semak-semak itu, hampir
ketahuan. Si pembunuh menjauh, eh Do-yeon cegukan. Balik lagi deh si pembunuh
itu. terdengar suara sirine polisi. Si pembunuh kesal.
“Kalau bukan karena
kalian, aku harusnya bisa menyelesaikan ini dengan bersih. Kalian, bisa
mendengarku kan? Karena kalian dekat, harusnya kalian bisa mendengarku. Kalian
melihat semuanya kan? Kalian tau mengapa aku membunuh pria itu? itu karena dia
membuat masalah dengan orang yang salah. Dia mengatakan semua yang ingin dia katakan
dan itulah mengapa aku membunuhnya. Jika kalian ingin hidup, tutup mulut
kalian. Maka tidak akan terjadi apapun. Jika tidak ada saksi, itu hanya akan
menjadi kecelakaan mobil. Jika kalian pergi ke polisi dan mengatakan kalian
melihatku dan itu pembunuhan, kalian akan mengalami hal sama dengan pria itu. jika
kalian memberitahu orang tua kalian, aku akan melakukan hal yang sama pada
mereka. Jadi, agar aku tidak membunuhmu, kalian harus membantuku. Oke? Seperti
saat ini, tetaplah sembunyi. Jangan pernah muncul dan jangan katakan apapun.
Atau, aku akan membunuhmu dan orang yang kalian berita tahu. Jadi, tetap
sembunyi selama hidup kalian. Jadi aku tidak akan mendengar atau melihat
apapun. Tetap sembunyi!”
Si pembunuh pun
pergi…
~~~
Polisi datang ke
tempat kejadian, ayah Soo-ha meninggal dan Soo-ha mengalami luka berat di
kepala dan dirawat di RS.
Hye-sung
mendengarkan berita di televisi:
“Polisi melakukan
penyelidikan berdasarkan keterangan dari pengemudi truk yang melihat bahwa Mr.
Park melajukan mobilnya menerobos lampu merah.”
Di dekat Hye-sung
ada ibu-ibu yang bergosip tentang kecelakaan itu. Mereka bilang itu bukan
kecelakaan biasa tapi kasus pembunuhan. Anaknya melihat ayahnya dibunuh. Kalau
tidak ada saksi, kasus itu tetap akan jadi kecelakaan biasa.
Hye-sung teringat
anak kecil itu, dia merasa bimbang. Ancaman si pembunuh masih memenuhi
kepalanya. Hye-sung menutupi wajahnya dengan topi dan berjalan pergi.
Kemudian dia bertemu
dengan Do-yeon yang celingak celinguk di balik pohon. Dia kaget. Do-yeon bilang
dia akan menjadi saksi. Hye-sung juga. Do-yeon menuduh Hye-sung berbohong.
Setelah berdebat, akhirnya mereka memutuskan untuk sama-sama menjadi saksi di
persidangan.
Dirumah, Hye-sung
masih kepikiran, ancaman si pembunuh masih terngiang-ngiang. Hye-sung bertanya
sama ibunya kenapa ibunya berada di pihaknya, apakah karena dia adalah
putrinya. Ibu memukul kepala Hye-sung.
~~~
Esok harinya,
Hye-sung berdiri di depan gedung pengadilan, dia teringat perkataan ibunya
semalam, “Ibu berada di pihakmu bukan karena kamu adalah putri ibu. Itu karena
kamu menangis. Kamu menangis seperti ayahmu.” Mungkin seperti yang ibu bilang
sebelumnya di RS, Hye-sung seperti ayahnya, yang tidak akan pernah menangis
walau apapun terjadi, kecuali terjadi ketidakadilan pada dirinya sendiri.
Hakim memasuki ruang
sidang, para hadirin berdiri. Terlihat si pembunuh di kursi tersangka, dan
Soo-ha di kursi hadirin dengan perban dikepala dan pipinya. Mereka saling
menatap, si pembunuh menatap mengancam, Soo-ha menatap penuh kebencian.
Hye-sung bertemu
dengan Do-yeon di dalam. Mereka menuju ruang persidangan, dan akan memasukinya.
Hye-sung di pintu kanan, Do-yeon di pintu kiri. Mereka sama-sama ragu untuk
membuka pintu masuk, ancaman si pembunuh kembali terngiang di kepala mereka.
Kemudian mereka memutuskan untuk masuk bersama-sama dalam hitungan ke 3.
1… 2…. 3….
Flashback end..
Hakim Kim kecewa
Hye-sung menghentikan ceritanya. Hakim Kim meminta Hye-sung untuk melanjutkan
ceritanya. Hye-sung bilang jika dia menceritakannya, dia tidak berpikir ini
akan membantunya dalam wawancara.
“Satu-satunya yang
membuat saya yakin adalah bahwa saya masih merasa menyesal atas keputusan itu
sampai sekarang. Dan juga saya tidak akan mau memilih keputusan seperti itu
lagi. Dan itulah alasan saya berada disini.”
~~~
Soo-ha berjalan
pulang dari sekolah. Joon-gi dan temannya ngerumpi sambil ngeliatin Soo-ha.
“Dia bakalan masuk
ke universitas mana ya?” tanya Joon-gi.
“Para guru selalu
memujinya. Apakah kamu pikir dia bakal masuk universitas? Dia pinter banget.”
Teman Joon-gi menimpali. “Dia tinggi, dan pintar berkelahi.”
Joon-gi tersinggung
“sudah berapa kali ku bilang, itu cuma keberuntungan aja.”
Soo-ha berjalan di
trotoar, dia melihat seseorang yang dikenalnya di sebrang jalan, Hye-sung.
Soo-ha berlari mengejarnya, dia menerobos lampu merah untuk pejalan kai, hampir
ketabrak. Dia terus berlari. Hye-sung mulai gak keliatan karena banyak orang.
Dan Soo-ha pun kehilangan jejaknya.
Soo-ha berada di
tempat latihan beladiri, dia menulis sesuatu di bukunya, kemudian menyandarkan
kepalanya, dan flashback lagi..
~~~
Dokter memeriksa
kondisi Soo-ha kecil. Soo-ha tidak merasa mual ataupun pusing, tapi dia masih
belum bisa bicara. Jadi, Soo-ha mengalami syok sehingga dia tidak bisa bicara.
Ada dua detektif
disana.
Detektif 1: “Karena
dia tidak bisa bicara, kita harus menyerah untuk mendengar penjelasannya atas
apa yang terjadi. Investigasi yang berjalan dan keterangan saksi sudah cocok.”
Detektif 2: “Saya
rasa itu sudah cukup untuk memutuskan bahwa ayah anak ini mengantuk saat
mengendara.”
Detektif 1: “Kalau
begitu saya pikir kasus ini sudah
berhasil diselesaikan.”
Soo-ha yang
mendengar pembicaraan kedua detektif itu, mengambil kertas dan crayon
menuliskan bahwa sopir truk itu membunuh ayahnya, dan menunjukkannya pada
detektif.
Detektif 1 bilang
sulit untuk membuktikannya jika hanya berdasarkan perkataan Soo-ha yang kepala
terluka dan tidak bisa bicara tanpa adanya saksi, apalagi jenazah ayahnya sudah
dikremasi (tidak bisa dilakukan otopsi).
~~~
Di ruang
persidangan. Si pembunuh dengan tegas menyebutkan bahwa itu adalah kecelakaan,
bukan pembunuhan. Jaksa penuntut mengatakan bahwa kesaksian dari anaknya bahwa
itu adalah pembunuhan. Pengacara si pembunuh membela, bahwa Soo-ha terlalu
kecil untuk menyadari apa yang terjadi, dan juga mengalami syok, jadi tidak
bisa dipercaya begitu saja. Hakim pun manggut-manggut.
Si pembunuh dengan
muka tak bersalahnya menatap Soo-ha dan berkata dalam hati. Soo-ha yang
mendengarnya, menuliskan dalam kertas dan meminta mereka membacanya. “Semua orang bodoh disini berasa di pihakku.”
Si pembunuh terperanjat. Soo-ha juga bilang bahwa dia bisa membaca pikiran
orang lain. Dan membuat pengacara itu semakin meyakinkan bahwa Soo-ha berbohong
dan perkataannya tidak bisa dijadikan bukti.
Hakim Seo menanyakan
apakah ada bukti lain atau saksi kepada Jaksa penuntut.
Si pembunuh berkata
lagi dalam hatinya sambil menatap Soo-ha, “Aku
tidak tahu bagaimana anak kecil sepertimu membaca pikiranku, tapi terima kasih.
Aku selamat karenamu. Jangan berharap akan ada saksi lain, karena aku
mengatakan pada mereka aku akan membunuhnya jika mereka datang.”
Soo-ha menangis, dan
pada saat itu Hye-sung masuk ke ruang sidang, Do-yeon tidak.
Semua orang
memperhatikannya dan hakim pun bertanya untuk kedatangannya.
“Aku….” Hye-sung
terdiam melihat si pembunuh menatapnya. Kemudian dia melihat kearah Soo-ha, dan
Hye-sung memantapkan hatinya. “Aku saksi untuk kasus pembunuhan ini. Namaku
Jung Hye-sung.”
Semua orang
menatapnya terkejut. Hye-sung melanjutkan, “Saat kecelakaan terjadi aku ada
disana. Dan aku melihat dengan jelas. Pria itu, memakai tongkat besi memukul
kepala pengemudi. Lalu dia menyuruh kamu untuk menutup mulut dan pengemudi itu
meninggal karena dia terlalu banyak bicara.” Hye-sung menunjuk si pembunuh.
Hakim Seo bertanya
pada Soo-ha apakah dia adalah saksinya, dijawab dengan anggukan kepala Soo-ha.
Hakim bertanya pada
si pembunuh apakah dia melihat Hye-sung, yang dijawab “Tidak. Ini adalah
pertama kalinya saya melihatnya.”
Pengacara si
pembunuh membela, bahwa Hye-sung tidak ada pada saat penyelidikan, dia tidak
punya hak untuk menjadi saksi. Pengacara dan jaksa berdebat masalah itu. Hakim
pembantu pun mengatakan sulit untuk menjadikannya saksi untuk saat ini.
Si pembunuh
tersenyum penuh kemenangan. Tapi.. Hye-sung menunjukkan hap nya dan berkata
bahwa dia memiliki fotonya, “Aku mengambil foto pada saat pria itu memukul kaca
mobil dengan tongkat. Apakah ini juga tidak bisa dijadikan bukti?” tanya
Hye-sung.
Jaksa kemudian
melihat hp Hye-sung. Hye-sung yang ketakutan dengan ancaman si pembunuh,
tangannya gemetaran digenggam oleh Soo-ha.
Hye-sung
dipersilahkan maju ke depan. Si pembunuh berteriak marah, dia menghampiri
Hye-sung, mencekiknya, “Aku katakan kalau aku akan membunuhmu! Aku akan
membunuhmu. Aku akan membunuh orang yang kamu beritahu!”
Si pembunuh ditahan
oleh beberapa orang dan hakim menyuruh membawanya keluar ruang persidangan.
Sambil ditarik keluar si pembunuh berkata dan berteriak, “Aku memegang
perkataanku. Aku akan membunuhmu. Jangan berpikir semuanya berakhir karena ini
hanya baru permulaan!”
Hye-sung pun
melanjutkan kesaksiannya, dia membaca sumpah di persidangan, bahwa dia
mengatakan kebenaran.
Soo-ha terus menatap
Hye-sung.
Flashback end..
Soo-ha menulis
dibukunya, “Hari ini, aku melihat lagi
seseorang yang mirip denganmu. Dimana kamua sekarang..?”
Flashback..
Soo-ha menepuk
pundak Hye-sung yang menangis diluar. Soo-ha mengambil batu dan menulis di
jalan, “Terima kasih.”
Hye-sung menghapus
tulisan itu dengan kakinya, “Jangan berterimakasih. Aku menyesal sudah datang
kesini.”
Hye-sung pergi,
Soo-ha mengikutinya. “Jangan ikuti aku!” Hye-sung marah sambil menangis. Tapi
Soo-ha terus mengikutinya.
Hye-sun berlari dan
terjatuh, buku-buku di tasnya pada jatuh. Hye-sung memegang dn mengguncang
pundak Soo-ha, “Ini karenamu. Semua ini karenamu! Jangan mengikutiku karena aku
tidak ingin melihatmu. Hye-sung terduduk dan tangisannya semakin kencang.
Soo-ha bisa mendengar suara hatinya, “Mengapa
aku datang? Bagaimana jika orang itu bena-benar akan membunuhku, apa yang harus
kulakukan? Dia bilang akan mendapatkan ku setelah keluar dari penjara.
Bagaimana aku bisa hidup sekarang! Aku harus melupakanmu.”
Soo-ha merangkul dan
memeluk Hye-sung.
“Jika
aku bertemu lagi dengan, aku benar-benar…” belum selesai Hye-sung berkata
dalam hati, Soo-ha memotongnya dengan berkata, “Aku akan melindungimu.”
Hye-sung tersenyum..
Flashback end…
~~~
Soo-ha menulis
dibukunya, “Aku akan melindungimu.
Aku..akan melindungimu.”
Soo-ha berlatih
menendang target. Bukunya terbuka oleh angin. Tulisannya hampir semuanya sama,
bahwa dia melihat seseorang yang mirip dengan Hye-sung, lagi dan lagi.
Diperlihatkan pula Soo-ha yang berlari mengejar orang yang dianggap Hye-sung
sampai berkali-kali tapi selalu orang yang salah atau kehilangan jejak.
Suara Soo-ha, “Aku
merindukanmu.”
Bersambung..
Komentar:
Soo-ha benar-benar memegang janjinya, dia ingin menjaga Hye-sung.
Sepertinya itu sejak dia melihat Hye-sung menangis dan mendengar suara
hatinya yang ketakutan. Mungkin ini adalah ungkapan terimakasihnya untuk
Hye-sung.
Tapi, alasan di balik pembunuhan ayah Soo-ha masih belum dijelaskan. Aku
penasaran, apa yang dimaksud si pembunuh, ayah Soo-ha dibunuh karena
dia banyak bicara. Apa ayah Soo-ha juga seorang pengacara?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar