Sinopsis Itazura Na Kiss ~ Love In Tokyo Episode 10
~Pengakuan Di Malam Bersalju~
“Irie-kun tidak tinggal bersama dengan siapapun. Dia masih tinggal sendiri dan waktu sudah berlalu... dan sekarang kita menjumpai musim dingin pertama sejak masuk universitas”
Kotoko gembira saat menyiapkan bekal makanan, 'semua orang akan tersenyum jika memakan ini' gumamnya.
“Soal ini, Tuan Irie dan teman lama ayahku akan menikah kembali di desanya, Kyushu. Dengan Nyonya Irie, mereka memutuskan untuk melakukan perjalanan semalam untuk menghadiri pernikahannya”
Para orang tua pamit, Tuan Irie meminta Kotoko dan Yuki untuk jaga rumah. Kotoko mengingatkan mereka kalau dia sudah membuat sandwich untuk bekal mereka. Nyonya Irie sangat berterima kasih. Ayah Kotoko mewanti2 supaya jangan memberi makanan yang buruk untuk Yuki. Tapi Kotoko meyakinkan ayahnya kalau bakat memasaknya sudah meningkat. Nyonya Irie tertawa melihat tingkah Kotoko, dia meyakinkan kembali apakah mereka tidak apa2 hanya berdua di rumah, karena dia bisa menyuruh Naoki untuk datang. Tidak ingin membuat khawatir, Kotoko kembali meyakinkan kalau mereka akan baik2 saja lagipula hanya semalam. Karena Kotoko yakin Naoki pasti sedang sibuk. Nyonya Irie berpesan kalau ada apa2 langsung meneleponnya. Kemudian ketiga orang tua itu pun pamit pergi. Lalu dengan semangat Kotoko menanyakan Yuki ingin makan malam apa hari ini.
Kotoko menghidangkan hamburger steak kesukaan Yuki untuk makan malam. Kotoko sudah sangat ingin tahu pendapat Yuki soal rasa masakannya
“Bagaimana? Kin-chan mengajariku resep ini, jadi aku sangat yakin dengan ini”
“Lebih baik dari penampilannya”
Kotoko senang mendengarnya, “Oh, baguslah. Makan semua sayur yang ada di situ ya. Kita juga punya sup dan nasi. Jadi makanlah sebanyak yang kamu mau, Yuki-kun. Aku akan makan juga. Sebenarnya, ini ala Jepang. Apa kamu menyadarinya? Hamburger ala Jepang. Kin-chan mengajariku ini”
Sementara Kotoko berceloteh panjang lebar, Yuki sedang menahan sakit di bagian perutnya. Begitu melihatnya, Kotoko panik apalagi saat Yuki mengatakan perutnya yang sakit. Kotoko pikir ini pasti karena hamburger steak buatannya.
Kotoko segera membaringkan tubuh Yuki di sofa dan menyelimutinya supaya hangat. Dia makin panik karena suhu tubuh Yuki benar2 tinggi. Kotoko segera mengkompres Yuki supaya suhu panasnya turun. Dia juga segera menelepon Nyonya Irie, tapi sayang mailbox. Lalu dia ingat untuk menghubungi Naoki, tapi Kotoko sadar kalau Naoki tidak menggunakan ponsel, dia juga tidak tahu nomor telepon gedung apartemennya. Kotoko semakin panik, akhirnya dia menelepon restoran Aihara dan kebetulan Kin-chan yang mengangkatnya. Kotoko langsung tanya bagaimana cara mengobati keracunan makanan. Kin-chan panik, dikiranya Kotoko yang keracunan.
“Bukan aku. Tapi Yuki-kun. Orang tuanya sedang keluar. Aku tidak bisa menelpon Irie-kun karena dia tidak punya handpone” ujar Kotoko.
“Dia tinggal di mana?”
“Aku juga tidak tahu itu. Dia tidak memberitahu siapapun. Apa yang terjadi? Apa yang harus aku lakukan?” Kotoko sangat panik.
Pegawai senior Aihara datang menghampiri Kin-chan, dia segera menceritakan hal ini pada seniornya itu. Kemudian pegawai senior itu bicara dengan Kotoko. Dia tanya apa yang Yuki makan. Kotoko panik masih berpikir kalau hamburger steak buatannya yang menyebabkan Yuki sakit, karena mungkin belum matang. Pegawai senior minta Kotoko tenang, dia tanya apakah Kotoko juga memakan makanan itu. Karena jika iya dan Kotoko baik2 saja, berarti bukan karena makanan itu. Sakit perut bisa disebabkan oleh banyak hal, seperti usus buntu atau penyakit lainnya. Pegawai senior menyuruh Kotoko segera menelepon ambulans supaya Yuki segera ditangani dokter. Kin-chan yang sedari tadi menguping segera merebut kembali gagang telepon.
“Aku akan mencari Irie dan membawanya padamu. Telepon aku kalau kamu di rumah sakit mana”
“Te-te-terima kasih. Ki-Kin-chan, terima kasih” kata Kotoko saking paniknya.
Kin-chan minta izin pada seniornya untuk pergi. Seniornya mengerti, dia yang akan menjaga restoran walaupun saat itu sedang banyak pelanggan.
Ternyata Kin-chan menghubungi Jinko dan Satomi. Dia menanyakan apakah mereka berdua tahu dimana Irie tinggal. Jinko menjawab kalau teman2nya di kampus juga tidak tahu. Kin-chan yakin kalau kantor kemahasiswaan pasti tahu, tapi Satomi bilang kalau kantor kemahasiswaan pasti sudah tutup sekarang. Lalu dia ingat kalau Naoki mengajar di rumah Matsumoto jadi mungkin dia tahu sesuatu. Jinko juga ingat kalau Kotoko pernah cerita Naoki kerja di cafe. Kin-chan segera menelepon Kotoko untuk tanya di mana cafe tempat Naoki kerja. Tapi saat itu Kotoko yang sudah berada di rumah sakit tidak mendengar panggilan telepon karena sedang panik membawa Yuki untuk diperiksa.
Kin-chan tanya apakah mereka tahu di daerah mana cafe itu? Satomi menjawab sepertinya di Daikanyama. Kin-chan segera pergi ingin mencari cafe itu. Jinko dan Satomi khawatir karena mereka tidak tahu nama cafe tempat Naoki kerja, tapi Kin-chan meyakinkan mereka kalau dia tidak apa2 lagipula Daikanyama itu cukup kecil. Kin-chan minta Jinko dan Satomi tanya ke Matsumoto di mana Naoki tinggal. Jinko dan Satomi setuju, mereka pun berpencar dengan tugas masing2.
Sambil berlari Kotoko menenangkan Yuki kalau Naoki akan datang sebentar lagi. Tapi Yuki terus saja memanggil2 kakaknya. “Irie-kun akan ke sini sebentar lagi,” kata Kotoko menenangkan Yuki.
Kin-chan berlari ke sana kemari. Satu per satu dia memasuki cafe yang ada di sana demi mencari Naoki “Aku pasti akan membawa Irie padamu. Tunggu saja, Kotoko”
Jinko dan Satomi sudah berada di rumah Matsumoto, tapi Naoki tidak ada di sana. Satomi tanya apa Matsumoto tahu di mana alamat tinggalnya Naoki. Dengan enggan Matsumoto menjawab kalau Naoki juga tidak memberitahunya. Satomi tersenyum, karena selama ini Matsumoto selalu bertingkah seolah dirinya sudah dekat dengan Naoki. Kemudian Jinko tanya nama cafe tempat Naoki kerja. Matsumoto langsung memberitahu karena mungkin manajernya tahu kontak alamat Naoki, Satomi segera menelepon Kin-chan memberitahu info ini. Dia memastikan apakah masih membutuhkan bantuannya, tapi Kin-chan berkata kalu tidak ada lagi dan berterima kasih. Satomi titip salam untuk Kotoko dan berpesan kalau mereka menyemangatinya.
Dokter bicara dengan Kotoko. Dokter menjelaskan kalau Yuki terkena intususepsi ileocecla. Kotoko tidak mengerti. “Itu bagian dari intususepsi. Ini bukan penyakit serius sekarang, tapi.. kalau kita tidak melakukan apapun, bisa jadi fatal”
Dokter menyarankan untuk operasi secepat mungkin. Kotoko setuju2 saja asal Yuki dapat selamat. Dokter minta Kotoko tenang, dia tanya apakah Kotoko itu adalah keluarganya?
“Di rumah sakit ini, saat kami melakukan operasi.. kami membutuhkan persetujuan keluarga”
Kotoko bingung, karena orang tuanya sedang di luar kota sekarang.
“Kamu bisa menghubungi anggota keluarganya yang lain? Kami perlu bentuk persetujuan hanya kalau terjadi sesuatu”
Kotoko semakin khawatir, dia ingin Yuki segera diselamatkan tapi dia masih belum bisa menemukan Naoki.
Akhirnya Kin-chan menemukan sosok Naoki. Dia sampai berteriak memanggilnya, membuat semua pengunjung cafe memandanginya.
“Ikut aku. Adikmu sakit. Dia di Rumah Sakit Takao dengan Kotoko”
Naoki segera izin pergi kepada salah satu karyawan di sana. Lalu kedua pria itu segera berlari menuju Rumah Sakit Takao.
Kotoko sedang menemani Yuki di samping tempat tidurnya. Dia sangat berharap Naoki dapat segera datang. Naoki dan Kin-chan sudah tiba di RS. Kemudian Naoki masuk ke ruangan Yuki, Kotoko lega melihatnya.
“Irie-kun! Yuki-kun harus operasi, tapi mereka butuh persetujuan keluarga”
“Aku sudah melakukan prosedurnya. Jangan khawatir”
Naoki menghampiri Yuki, dia meyakinkan adiknya kalau semua akan baik2 saja sekarang. Dia juga minta maaf karena telah membuatnya menunggu. Yuki tanya apakah dirinya akan mati. Naoki segera menjawab kalau dia tidak akan mati karena ini hanya operasi sederhana, akan berjalan cepat jadi Yuki pasti bisa melakukannya. Lalu tim medis datang untuk membawa Yuki ke ruang operasi.
Sementara Yuki di operasi, seorang perawat meminta mereka bertiga menunggu di ruang tunggu sampai operasinya selesai. (ahem, yang jadi perawatnya ini pemeran Kotoko di Itakiss versi tahun 1996 lho)
Kin-chan mengatakan kalau sekarang Kotoko bisa bernapas lega. Dia juga pamit karena Odawara-san (seniornya Kin-chan di Aihara) kerja sendiri di restoran, dia pasti sangat kerepotan. Kotoko berterima kasih pada Kin-chan dan Odawara-san. Kin-chan senang karena semuanya berjalan lancar. Dia pun berjalan pergi. “Ikezawa.. Terima kasih” Naoki membungkuk berterima kasih. Tapi bukannya menerima ucapan terima kasih Naoki, Kin-chan malah menceramahi Naoki. Dia tidak mengerti dengan keputusan Naoki yang tidak memberitahu di mana atau kemana keluarganya bisa menemukan dirinya jika ada apa2.
“Apa kamu sedikit bodoh? Aku tidak peduli kalau kamu mau tinggal sendiri. Tapi kamu harus memberitahu keluargamu di mana mereka bisa menemuimu. Apa yang akan kamu lakukan jika sesuatu terjadi pada Yuki-kun? Aku juga datang ke Tokyo dari Osaka sendiri. Aku mengerti pasti ada alasan sesungguhnya mengapa kamu mau sendiri. Tapi kalau sesuatu terjadi karena itu.. Bukan cuma kamu, tapi orang-orang di sekitarmu juga akan terluka. Terlambat kalau itu sudah terjadi. Seseorang tidak bisa hidup sendiri. Penting untuk mengatakan apa yang kamu rasakan.. atau apa yang kamu pikirkan kepada orang di dekatmu”
Naoki hanya diam termenung mendengar ucapan Kin-chan yang memang ada benarnya. Kemudian Kin-chan benar2 pamit pada Kotoko dan pergi. Naoki masi diam saja, lalu dia duduk dan terus merenung. Seakan tidak ingin mengganggu Naoki, Kotoko berdalih kalau dia lupa, dia akan menelepon Nyonya Irie untuk memberi kabar. Kotoko kaget melihat ada banyak panggilan tak terjawab di ponselnya dari Nyonya Irie. Naoki mengingatkan kalau mereka sedang berada di dalam RS.
Maka Kotoko pun pergi keluar. Di luar, Kotoko kembali menelepon Nyonya Irie.
“Akhirnya diangkat. Kotoko-chan!” teriak Nyonya Irie
“Nyonya Irie. Yuki-kun butuh operasi mendesak”
“Apa? Operasi?” Nyonya Irie semakin teriak kaget. Kotoko segera menenangkan Nyonya Irie. “Ini bagian dari intususepsi. Mereka bilang dia akan baik-baik saja karena mereka bisa mengoperasi setelah mengetahui gejalanya. Operasinya akan selesai sebentar lagi. Dan Irie-kun kembali, dia sudah bersamaku”
“Bagaimanapun, kami akan kembali sekarang”
“Sekarang? Tapi kalian di Kyushu? Menurutku kalian sudah ketinggalan penerbangan hari ini dan kereta”
“Tokyo, tolong!” teriak Nyonya Irie. Tanpa Kotoko ketahui, ketiga orang tua itu berdiri di pinggir jalanan, teriak2 menerjang angin badai demi mendapat tumpangan mobil ke Tokyo huahahaa kocak banget deh.
“Anda di mana, Nyonya Irie?”
“Jangan khawatirkan kami! Apapun yang terjadi.. kami pasti akan sampai ke Tokyo! Tokyo, tolong! Tolong jaga Yuki sampai kami kembali”
“Jaga dirimu juga.. Nyonya Irie?” kemudian sambungan telepon terputus, mungkin karena di Kyushu ada badai tadi yah.
Naoki yang keluar menyusul Kotoko segera menghampiri gadis itu. Dia berdiri di belakang Kotoko dan menarik kepala gadis itu untuk ditempelkan di dadanya.. Aiih, aku yang deg2an :D
“Terima kasih, Kotoko”
Kotoko yang sedari tadi menghadapi semuanya sendirian akhirnya tidak bisa menahan emosi sedihnya lagi. Dia menangis “Aku takut” kemudian dia segera memeluk Naoki. “Aku takut.. Irie-kun, aku takut” Kotoko pun menangis di pelukan Naoki... *love love*
“Semuanya baik-baik saja sekarang”
“Aku sangat takut, Irie-kun...”
Naoki bicara dengan dokter yang menangani operasi Yuki. Dokter bilang kalau operasinya berhasil, Yuki bisa pindah ke ruang biasa besok. Dia menyarankan Naoki pulang sekarang karena mereka tidak bisa tinggal di ruang ICU. Jadi tidak ada tempat, sebaiknya mereka kembali besok pagi. Naoki mengerti, dia kembali berterima kasih. Dokter senang karena nona muda (Kotoko) membuat keputusan yang cepat dan membawa Yuki ke RS. Memang ini bukan penyakit yang serius jika cepat menemukannya. Karena banyak kejadian di mana orang2 menganggapnya sebagai sakit perut biasa. Penyakit ini bisa disembuhkan tapi bisa berakhir fatal khususnya pada anak kecil, jadi menurut dokter Yuki sangat beruntung. Naoki harus berterimakasih pada Kotoko.
Setelah keluar dari ruangan dokter, Kotoko sudah menunggu Naoki. Dia menanyakan keadaan Yuki. Naoki menjelaskan kalau Yuki bisa pindah ke ruang biasa besok. Kotoko ingin tinggal dengan Yuki di RS, Naoki langsung melarang karena mereka harus menyerahkannya kepada yang lebih profesional. Yuki akan tinggal di RS sementara jadi Kotoko harus istirahat. Naoki pun akan mengantar Kotoko pulang.
Di luar ternyata turun salju, mereka sudah ketinggalan kereta terakhir dan tidak bisa mendapatkan taxi di tengah salju begini. Maka Naoki menawarkan supaya Kotoko pergi ke tempatnya. Kotoko sangat terkejut mendengarnya, hehee.. tapi ngga mungkin ditolak juga pastinya, justru malah itu yang selama ini diharapkan Kotoko :D
Setelah tiba di apartemen Naoki, Kotoko memandangi sekelilingnya termasuk benda2 yang ada di dalam apartemennya.
“Ini apartemen dimana Irie-kun tinggal. Aku di kamar Irie-kun dengan hanya kita berdua saja”
“Apa Matsumoto-san... pernah ke kamar ini?” tanya Kotoko.
“Tidak, kamu yang pertama” jawaban Naoki ini bikin Kotoko tersenyum lebar pastinya.
Naoki menyuruh Kotoko segera mandi, membuat Kotoko kaget dan gugup. Dia mempersilahkan Naoki mandi duluan, Kotoko beralasan kalau dia harus menelepon kembali Nyonya Irie untuk memberitahu kalau operasinya berhasil dan tidak ada yang boleh tinggal bersama Yuki di RS. Kalau tidak mungkin Nyonya Irie akan langsung ke RS. Tidak ingin berdebat, Naoki pun masuk ke kamar mandi.
“Dia sedang mandi.. Dan kami akan menghabiskan malam ini sendirian. Ya, ini terjadi sekali sebelumnya di rumah keluarga Irie, tapi.. kali ini berbeda. Karena kamar ini.. hanya punya 1 kasur!”
Kotoko tertawa sendiri memikirkan hal yang tidak2 hehehee. Dia langsung menjaga sikap tenang tepat saat itu Naoki selesai mandi. Naoki memberikan baju dan celana bersih untuk ganti Kotoko. Di dalam kamar mandi Kotoko heboh sendiri melihat semua benda yang dipakai Naoki, seperti shampo dan sabun yang baru saja dipakai Naoki. Dari luar Naoki mengetuk pintu dan memberitahu Kotoko kalau handuknya sudah ada di dalam. Kotoko segera mengambilnya dan mencium handuk Naoki hingga pingsan hahahaa.. Naoki bingung mendengar suara gedebuk dari dalam kamar mandi, tapi dia tidak bisa berbuat apa2 :D. Tidak diceritakan apakah Kotoko benar2 pingsan, berapa lama dia pingsan atau bagaimana dia sadar. Yang pasti Kotoko keluar dari kamar mandi sehat wal afiat sementara Naoki sedang membaca buku.
“Aku akan tidur” sahut Naoki.
“Ya, aku akan tidur di sini, jadi kamu bisa tidur di kasur” jawab Kotoko.
“Itu memang seharusnya”
“Apa? Kamu seharusnya bilang.. 'Aku akan tidur di sini jadi mengapa kamu tidak tidur di kasur?'..”
“Aku bercanda. Kamu bisa pakai kasurnya”
“Apa? Um, tapi kalau begitu, aku jadi tidak enak” aahh Kotoko ini bikin bingung deh
“Kamu yang memulai. Kamu pilih yang mana?” kata Naoki sambil menggelar selimut di bawah.
Naoki mematikan lampunya, maka Kotoko segera naik ke tempat tidur. Saat Naoki sudah tiduran di lantai, Kotoko memanggilnya. Dia ingin dinyalakan lampu kecilnya. Tapi Naoki bilang kalau dia tidak bisa tidur kalau tidak benar2 gelap (aduuh, Naoki.. aku malah ga bisa tidur kalau benar2 gelap.. sesak napas!! ).
Kotoko bilang kalau dia tidak bisa jalan ke kamar mandi kalau gelap gulita. Akhirnya Naoki mengalah dan menyalakan lampu kecilnya, lalu dia kembali berbaring di bawah. Kotoko masih juga belum bisa tidur. Dia merasa tidak enak karena Naoki tidur di lantai. Kotoko memanggil Naoki lagi, membuat Naoki sedikit jengkel. Kotoko menanyakan apakah Naoki kedinginan. Yang dijawab Naoki “Tentu saja aku kedinginan”. Hal ini membuat Kotoko tidak enak hati, dia pun ingin bertukar tempat. Tapi Naoki menyuruhnya tidur saja membuat Kotoko semakin merasa tidak enak.
“Ya sudah. Aku akan tidur di kasur juga” Akhirnya Naoki bangkit dan mendekati Kotoko di tempat tidur. Kotoko panik, dia akan beranjak ingin tidur di lantai saja. Tapi Naoki mengatakan tidak apa2, karena dengan begini Kotoko akan diam. Naoki berbaring membelakangi Kotoko, dia pun mengucapkan selamat tidur. Kotoko akhirnya juga merebahkan diri di samping Naoki. Dia memandangi punggung Naoki dan tersenyum senang.
“Apa yang aku harapkan? Saat Yuki-kun sedang sakit.. Aku seharusnya tidak seperti ini. Tapi kami di atas kasur yang sama, dan dia tidak mencoba untuk melakukan sesuatu padaku. Apa ini artinya aku tidak menarik sebagai seorang perempuan? Begitu kah. Mungkin benar...”
“Apa kamu depresi?” sahut Naoki tiba2 membuat Kotoko terkejut, karena dipikirnya Naoki sudah tidur. “Aku tahu kamu depresi karena aku tidak mencoba melakukan apapun”
“Tidak, aku tidak depresi” kilahnya.
“Aku... tidak mau ini berjalan seperti apa yang ibuku harapkan. Dia menemukan kalau kita tinggal di sini malam ini. Dan kalau sesuatu terjadi.. Itu persis seperti apa yang ia mau. Dan dia akan mengendalikanku selama hidupku”
“Aku sepertinya mengerti” kata Kotoko membayangkan bagaimana reaksi Nyonya Irie kalau dia tahu Kotoko menghabiskan malam di tempat Naoki.
“ Karena itu aku tidak memberitahu keluargaku tentang alamatku”
“Jadi itu alasannya!”
“Kamu tahu ibuku kan. Kalau aku memberitahunya, dia akan membuat kunci cadangan, mengajak dirinya datang dan memasak 3 kali setiap hari. Kalau itu terjadi, tidak ada gunanya aku tinggal sendiri”
“Gunanya tinggal sendiri?” tanya Kotoko tidak mengerti.
“Kalau aku tetap tinggal di rumah seperti biasa... lulus dari perguruan tinggi, dan mengambil alih perusahaan.. Aku ragu apakah itu yang aku mau. Aku hanya akan mengikuti jalan yang orang tuaku buat untukku. Tidak apa jika itu yang memang aku mau lakukan.. tapi aku tidak yakin. Aku mau hidup dengan caraku.. untuk menemukan apa yang aku ingin lakukan dengan hidupku."
“Ngomong-ngomong soal ini.. saat kita di Odaiba, kamu bilang.. 'Aku sadar kalau hidupku jadi lebih menarik'.. 'saat aku menemui tantangan daripada tidak memiliki kesulitan’..”
“Memang”
“Jadi kamu mulai tinggal sendiri bukan untuk menghindariku kan” tanya Kotoko
“Untuk apa aku menghadapi begitu banyak masalah hanya untuk melakukan seperti itu? Cukup sulit untuk hidup sendiri. Aku sadar betapa manjanya aku di rumah”
“Begitukah”
“Tapi... ini terjadi karena itu. Kamu yang selalu membuat masalah. Tapi hari ini aku yang membuat masalah”
“Bukan seperti itu.. Ini satu-satunya yang bisa aku lakukan. Kamu bisa melakukan apapun karena kamu jenius. Aku memikirkan tentang ini di rumah sakit hari ini.. Kalau hidup seseorang bergantung pada keputusan tercepatnya. Sesuatu yang kecil bisa membuat penyakit yang bisa disembuhkan menjadi tidak bisa disembuhkan. Aku sadar betapa rapuhnya hidup seseorang itu”
Perkataan Kotoko barusan membuat Naoki ingat kata2 dokter tadi mengenai penyakit Yuki yang bisa disembuhkan tapi bisa juga berakhir fatal, khususnya pada anak kecil. Dokter tidak bisa membayangkan keadaan Yuki jika saja saat itu Kotoko menunggu sampai pagi untuk membawa Yuki ke RS. Mungkin Yuki tidak bisa terselamatkan.
“Aku takut juga. Sampai setelah itu, aku berpikir hidup kita sudah ditentukan oleh Tuhan.. dan tidak ada yang bisa kita lakukan” kata Naoki.
“Tapi menurutku kamu bisa, Irie-kun. Kamu bisa membuat obat baru.. Atau kamu bisa jadi dokter dan menyembuhkan penyakit dalam sekejap. Kamu punya banyak potensi. Kamu mulai tinggal sendiri untuk mencari kemungkinannya” sahut Kotoko tersenyum.
“Walau ada banyak kemungkinan….itu tidak berarti apa-apa kalau kamu tidak tahu apa yang ingin kamu lakukan. Sampai saat ini aku bisa melakukan semuanya. Dengan kata lain aku bosan. Sekarang hidupku berubah jadi sibuk.. Apa yang penting bagiku.. Apa yang aku minati.. Sedikit demi sedikit, Aku mulai menemukan apa itu” Naoki bicara panjang lebar. Tapi kali ini tidak ada respon, tidak ada kata yang keluar dari mulut Kotoko. Naoki menoleh dan mendapati Kotoko sudah tertidur pulas hehehee. Dia merubah posisinya dan tidur menghadap Kotoko, Naoki terus memandangi Kotoko.
“Kamu selalu seperti ini di saat yang penting” kata Naoki.
Pagi hari saat Naoki bangun, Kotoko sudah tidak ada di sana. Naoki melihat memo di meja.
“Aku akan pergi ke rumah sakitnya Yuki. Minum kopinya kalau kamu mau. P.S. Kita bicara banyak tadi malam. Terima kasih. Kotoko”
Naoki meminum kopi buatan Kotoko sambil memandangi tempat tidurnya. Apakah Naoki masih merasakan kehadiran Kotoko dan mulai merindukannya, atau dia ingat moment “aroma kopi di pagi hari” waktu mereka sama2 begadang saat Naoki membantu Kotoko belajar di rumah nya dulu.. hehee, hanya Naoki dan Tuhan yang tahu *apadeh* :P
Akhirnya para orang tua tiba di rumah. Keadaan mereka sangat lusuh akibat menerjang badai semalam demi tiba di Tokyo secepat mungkin. Mereka berpikir Kotoko masih tidur, jadi sebaiknya jangan dibangunkan. Saat Nyonya Irie membereskan pakaian Yuki yang akan dibawa ke RS, Tuan Irie memanggilnya dan memperlihatkan keadaan rumah yang masih berantakan. Bahkan bekas makanan hamburger Steak Kotoko dan Yuki semalam masih tergeletak di meja makan. Ayah Kotoko juga memberitahu kalau Kotoko tidak ada di kamarnya, kemungkinan dia belum pulang ke rumah. Nyonya Irie mempertanyakan keberadaan Kotoko, dia juga ingat semalam di telepon Kotoko bilang kalau semua baik2 saja. Nyonya Irie akhirnya sampai pada kesimpulan kalau Kotoko ada di apartemen Naoki, yang langsung dibantah Ayah Kotoko dan Tuan Irie. Tapi Nyonya Irie tetap yakin. “Karena situasi yang ekstrim.. mereka akhirnya menyadari perasaan masing-masing..” katanya bahagia.
Di rumah sakit Naoki datang membawa bunga untuk menjenguk Yuki. Dia ditemani suster yang jadi pemeran Kotoko di Itakiss versi tahun 1996 hehee..
“Adikmu melakukannya dengan baik” kata suster Kotoko (hehehee, ngasal aja nama’in nya)
“Begitu kah”
“Nona muda datang pagi sekali dan menjaganya. Dia mulai merasa nyaman”
Tiba di kamar Yuki, mereka mendapati Yuki masih tidur dan Kotoko yang ketiduran di samping tempat tidur.
“Oh, dia pasti lelah. Jangan bangunkan dia ya. Pacarmu sangat imut. Aku ingat saat aku seperti dia.. I-ri..” kata suster Kotoko menerawang hingga akhirnya tersadar dan buru2 pamit.. jiahahahaa, apa maksud dari dialog ini :D:D
Naoki melihat barang2 kebutuhan Yuki yang sudah disiapkan Kotoko. Bahkan Kotoko menghiasi kamar rawat Yuki dengan kata2 “Cepat sembuh!”. Naoki juga melihat banyaknya hasil origami burung buatan Kotoko. Masyarakat Jepang percaya jika membuat origami bentuk burung sebanyak mungkin, maka apa yang diharapakan dapat segera terkabul. Dalam hal ini Kotoko sangat mengharapkan kesembuhan Yuki. Naoki terharu melihat kerja keras dan perhatian Kotoko yang begitu besar kepada adik semata wayangnya. Dia terus memandangi Kotoko yang sedang tidur.
Kotoko terbangun dan senang Naoki sudah berada di sana. Dia masih sulit percaya kalau Yuki sakit kemarin. Kotoko memberitahu kalau dokter bilang Yuki bisa segera pulang. Naoki meletakkan bunga bawaannya dan mengajak Kotoko ngobrol sebentar. Mereka pergi ke lantai atas atap rumah sakit dimana banyak sprei2 putih RS yang dijemur hehehee.. Agak aneh sih banyak jemuran, tapi karena warnanya putih dan melambai2 jadi agak sedikit memberikan nuansa romantis kali yaa..
“Hei. Kamu selalu bilang kalau kamu suka padaku.. tapi apa kamu pernah memikirkan bagaimana perasaanku?” tanya Naoki.
“Perasaanmu... aku tahu kamu sama sekali tidak tertarik padaku”
“Bodoh. Itu tidak benar” Naoki meraih dagu Kotoko dan mencium bibir gadis itu.
“Dua kali!” teriak Kotoko loncat terbangun. “Oh, hanya mimpi. Maaf. Apa aku membangunkanmu? Ada apa, Yuki-kun? Wajahmu merah. Mungkin suhu tubuhmu naik lagi” Kotoko panik sementara Yuki masih dalam keadaan menutupi muka dengan tangannya memandangi Kotoko. Yuki menepis tangan Kotoko yang ingin mengukur suhu tubuhnya. Dia mengatakan tidak apa2 dan menunjukkan bunga yang tergeletak di ujung tempat tidur. Kotoko bingung bagaimana bisa ada bunga di sana. Yuki menjawab kalau kakaknya yang membawanya tadi saat Kotoko sedang tidur. Kotoko kecewa kenapa Naoki tidak membangunkannya. Yuki menerangkan kalau Naoki bilang dia akan kuliah dan langsung pergi. Kotoko mengerti, dia senang melihat cantiknya bunga yang dibawa Naoki. Dia pun berencana meletakkannya di vas bunga. Saat Kotoko pergi mengambil air untuk diisi di vas, Yuki mencubit sendiri telinganya yang ternyata terasa sakit. Jadi pemandangan yang baru dilihatnya tadi bukanlah mimpi. Ada kejadian apakah?? Berikut pemandangan yang dilihat Yuki barusan.. ^^
Ternyata saat Naoki memandangi Kotoko dan mendekatinya, perlahan Yuki bangun dan membuka matanya tanpa disadari oleh Naoki. Karena Naoki terlalu fokus menatap Kotoko yang tertidur. Sebenarnya Yuki sudah memanggil kakaknya itu, tapi karena terlalu pelan Naoki tidak dengar. Naoki malah langsung mencuri ciuman di bibir Kotoko. Melihat itu, Yuki kaget dan segera bangun. Naoki tahu Yuki sudah bangun, dia hanya tersenyum dan memberi kode “sssttt” supaya Yuki tidak mengatakan apa2.. hihihiii.. Jadi sebenarnya ciuman itu real, cuma Kotoko menganggapnya mimpi karena kejadiannya hampir bersamaan antara dunia nyata dan dunia mimpi Kotoko :D:D
Kemudian Naoki mengambil jaketnya dan pergi. Sementara Yuki menutup mukanya tapi terus memandangi Kotoko yang masih tidur.
Kotoko masuk dan kagum melihat cantiknya bunga yang dibawa Naoki. Ternyata Naoki punya selera yang bagus. Kotoko terus berceloteh kalau dia sudah membelikan barang2 kebutuhan Yuki. Tanpa disadari Kotoko, Yuki terus memandangi gadis yang baru saja dicium kakak kesayangannya itu hahahaa..
Mungkin Yuki antara percaya dan ngga percaya kalau ternyata kakaknya menyukai gadis yang dia anggap bodoh seperti Kotoko. Tapi juga Yuki akhirnya mulai merasakan kebaikan, perhatian dan kehangatan Kotoko di saat dirinya kritis.. bisa jadi..!!
Baguss kakkk sinopsisnya aku sukaa
BalasHapusLove Naoki dan Kotoko
so sweet makasih ini sangat membantu ketinggalan nnton gak apalah bca sinopsis nya sama aja kerennn
BalasHapusDiulang en diulang terus baca nya...ga ada bosen2nya buka blog ini.
BalasHapusThank's Nadia Riska