Seong bin masuk ke
dalam kelas yang masih kosong sambil bernyanyi-nyanyi. Terus dia duduk sambil
nge-kutek kukunya. Tiba-tiba terdengar suara jeritan.
“Suara apa itu?”
Seong-bin yang kaget segera berdiri dan berjalan menuju jendela yang ada di
belakangnya. Dia melihat ke bawah, terlihat sesosok siswi yang tergeletak.
Siswa dan siswi lain banyak yang mendekat juga.
“Tidak mungkin.
Bukankah itu Ssang-ko?” Seong-bin terperanjat.
Ada satu siswa yang
berada di bawah melihat Seong-bin, “Lihat.. itu Seong-bin! Pasti dia yang
mendorong Ssang-ko!”
“Apa?” kata
Seong-bin.
“Cepat, telpon
polisi.” Ujar siswa itu lagi pada temannya.
Seong-bin bingung…
“Apa yang terjadi..?”
~~~
Hakim Kim dan dua
orang lainnya sedang menyeleksi calon pengacara yang akan lolos wawancara. Salah
seorang hakim bilang, persaingan untuk pembela umum ini sama saja seperti
audisi bintang K-pop.
Hakim satu lagi
menunjukkan CV HYe-sung pada Hakim Kim.
“Oh, pengacara yang
pernah dikeluarkan dari sekolah karena kecelakaan kembang api itu.”
Dua hakim berdebat
soal Hye-sung.
Hakim 1: “walaupun
dia punya banyak pengalaman dalam membela, tapi dia mempunyai reputasi yang
buruk. Panggilannya adalah 20 detik. Dia memberikan pembelaan untuk kliennya
hanya dalam 20 detik.” (diperlihatkan saat Hye-sung melakukan pembelaan dengan
ogah-ogahan seperti di episode 1)
Hakim 2: “Tapi,
mendengarkan kondisinya saat itu, itu pengalaman yang sangat bagus. Ceritanya
berurutan dan dia menunjukkan keberaniannya. Saya melihat masa depan untuknya.”
(diperlihatkan lagi saat Hye-sung remaja menjadi saksi di persidangan ayah
Soo-ha)
“Bagaimana pendapat
anda?” tanya Hakim 2 pada Hakim Kim.
Hakim Kim menjawab,
“Saya tidak yakin.. dia terlihat seperti pengacara yang baik juga pengacara
yang buruk. Sangat sulit untuk memutuskan.”
Episode 2
Bad Girl, Good Girl
Satu bulan
kemudian..
Hye-sung melihat
pengumuman di Koran, dia dan Kwan-woo yang berhasil menjadi pembela umum. Dia
tersenyum bahagia.
Kemudian dia melihat
ada spanduk di depan restoran ayam milik ibunya yang memasang fotonya dan
bertuliskan, “Hanya putri dari Hye-Sung
Chicken House yang memenangkan kompetisi 21:1 dan menjadi seorana Pembela Umum.”
Hye-sung terlihat
kesal dan berlari mencabuti brosur yang memasang fotonya. (Jadi ada brosur
juga, dijadiin promosi warung makan ibunya.)
“Ibuku selalu
membuatku gila.” Kata Hye-sung dengan kesal.
Ibu datang dan
memukul kepala Hye-sung, seperti biasa. Dan seperti biasa Hye-sung bilang, “Aku
sudah pernah bilang untuk tidak memukul kepalaku.”
Hye-sung protes
ibunya memakai foto dan namanya untuk dijadikan promosi. Tapi ibu bilang bagus,
pengacara yang dibayar Negara itu bagus. Ibu sepertinya bangga.
Ibu menyuruh
Hye-sung mengikutinya, untuk…..menempelkan brosur di tempat lain.
Ibu bersenandung, “Lihatlah putriku. Senyumnya sangat manis.”
Hye-sung mengira ibu
bersenandung seperti itu karena mengharapkan Hye-sung akan membayar hutangnya.
Tapi ibu bilang bukan karena itu, ini karena ibu bangga pada Hye-sung yang
sudah menjadi Pembela Umum.
“Benarkah? Lalu
tidak apa-apa jika aku tidak membayar uangnya?” tanya Hye-sung kesenengan. Yang
dijawab ibu dengan pukulan dikepala, hehehe…
“Hey, kamu itu
sekarang sudah jadi pembela umum. Apakah kamu tidak berpikir untuk lebih dewasa
sedikit?” tanya ibu kesal.
“Mengapa aku ingin
menjadi pembela umum? Karena itu meudahkan hidupku..”kata Hye-sung.
“Apa?”
“Aku mendapatkan
gaji setiap bulan. Pemerintah menjadwalkan kasus untuk aku kerjakan. Dan semua
yang kulakukan adalah menerima sumpah. Sedikit sekali yang aku kerjakan. Jadi,
aku akan bekerja hanya untuk beberapa tahun, kemudian menikah.” Ujar Hye-sung.
Ibu mendecak dan
akan memukul Hye-sung lagi, “Jika ibu melihatmu malas bekerja, itu akan jadi
pertama kalinya seorang pengacara Korea yang dipukul oleh ibunya. Mengerti?”
ancam ibu.
Lalu ibu menanyakan
apakah Hye-sung sudah menemukan tempat tinggal. Hye-sung bilang sudah, sebuah
apartemen atap dengan dua kamar dan kamar mandi. Tapi Yeonjo sangat jauh kata
ibu, dan ibu menanyakan apakah Hye-sung punya teman yang jadi pembela umum juga
di kantor kejaksaan Yeonjo. Hye-sung bilang dia tidak butuh teman.
Dan..Hye-sung digeplak lagi sama ibunya..
~~~
Kantor Kejaksaan
Yeonjo
Seong-bin sedang di
interogasi oleh seorang jaksa.
“Katakan, kamu kan
yang mendorongnya!” bentak si jaksa. “Jika kamu mau mengaku, mengakulah padaku.
Disini akulah yang paling baik. Jika kamu bersama petugas yang lain, kamu akan
lebih dibentak.” Si jaksa minum, lalu bertanya lagi, “kamu…yang mendorongnya
kan?”
Seong-bin yang dari
tadi manggut-manggut, terdiam lalu menggeleng. Si seong-bin ini gayanya
slengean.
“Kamu merasa cemburu
karena Moon Dong-hee telah terpilih oleh agen entertainment. Itulah mengapa
kamu menindasnya dan mengatakan dia melakukan operasi plastic. Tapi itu tidak
cukup, dan kamu membunuhnya! Orang-orang melihatmu. Itulah faktanya!” bentak si
jaksa lagi.
Seong-bin mendesah,
dan marah, “Aku bahkan tidak tahu dia berada di kelas musik. Walaupun aku
berandal, bukan berarti aku seperti itu.”
Si jaksa bentak
lagi, “Menurutmu berakting tidak bersalah akan berhasil? Lihat! Semua temanmu
menulis pernyataan.”
Do-yeon, ya disana
ada Do-yeon yang menjadi Jaksa, menghampiri mereka dan mengambil alih. Do-yeon
melihat kukunya Seon-bin, dan terlihat tertarik, Seong-bin menawarkan untuk
membuatkannya karena dia membuat sendiri.
Lalu datang lagi
petugas kejaksaan yang membawa makanan siang, sandwich.
Do-yeon
menginterogasi sambil memakan sandwich, “Jadi, kamu tidak tahu Moon Dong-hee
ada di kelas musik?”
Seong-bin: “Itu
lantai empat, mungkinkah aku mendorongnya tanpa alasan untuk membunuhnya?”
Do-yeon: “Dalam
kasus ini, terlihat sebagai usaha pembunuhan, tapi kamu tidak terlihat seperti
pembunuh.”
Do-yeon melanjutkan
setelah menyuruh Seong-bin minum, “Jadi kamu tidak pernah membuatnya sendirian
sebelumnya kan?”
Seong-bin: “Iya,
tentu saja tidak pernah. Hal paling kasar yang aku lakukan adalah memanggilnya
Ssang-ko. Sejak semua orang memanggilnya seperti itu, aku memanggilnya hanya
untuk candaan saja.”
Do-yeon: “Saat kamu
memanggilnya double (eyelid)-nose, semua orang tertawa?”
Seong-bin: “Tentu
saja mereka tertawa. Dari panggilannya saja itu sudah jelas. Karena orang itu
melakukan operasi kelopak mata ganda dan hidung. ‘Ssang-ko’.”
Do-yeon tertawa,
“Aku setuju, itu sangat jelas. Apakah Moon Dong-hee juga tertawa setelah kamu
memanggilnya Ssang-ko? Kamu bilang itu cuma lelucon. Lelucon itu bukan untuk
orang yang mengatakannya, tapi untuk orang yang dimaksud, benarkan? Jika dia
tidak menerimanya, itu bukan lelucon tapi terror.”
Seong-bin: “terror?”
dia tadinya cerita sambil ceria aja, setelah itu jadi terdiam, agak ketakutan.
Do-yeon ini
sepertinya pandai bermain kata-kata, hingga membuat tersangka tak berkutik.
Do-yeon berubah
menjadi lebih serius dan meletakkan makanannya, “Aku mengatakannya agar kamu
tertawa (terror-lelucon), tapi kamu tidak tertawa. Kenapa? Oh.. itu pasti
terror. Seharusnya aku tidak melakukan lelucon itu. benarkan?” Do-yeon
tersenyum sinis.
Seong-bin gemetaran.
Do-yeon berkata pada
timnya,”Bisakah kita mulai? Go Seong-bin, kamu telah diinvestigasi untuk
percobaan pembunuhan Moon Dong-hee. Kamu tahu itu kan? Kamu punya hak untuk
diam. Dan kamu dapat meminta bantuan pengacara.”
~~~
Di ruang kelas,
teman-teman Seong-bin membaca artikel tentangnya yang menjadi tersangka di
internet dan juga surat kabar.
“Hey, sekarang bukan
saatnya untuk belajar! Kamu pasti terkejut kalau melihat berita ini!” kata
teman Joon-gi pada Soo-ha. “Kamu tau kan Go Seong-bin? Si cewe rambut pirang
yang suka sama kamu dan ngikutin kamu terus itu..”
“Aku gak tau, aku
gak peduli.” Kata Soo-ha masih sambil belajar.
Si teman Joon-gi itu
kesal, “Nih liat, baru ngomong.” Sambil nunjukin koran yang tadi dia baca.
Soo-ha ngelirik, dan
matanya tertuju pada berita di sebelahnya, berita tentang Hye-sung yang jadi
pembela umum. Soo-ha langsung ngambil korannya dan baca dengan terkejut, “Tidak
mungkin.” Dia membaca nama Jang Hye-sung disitu, wanita yang selama ini dia cari, wanita yang selama 10 tahun ini dia
rindukan. Soo-ha tersenyum bahagia.
Soo-ha memeluk
temannya dengan bahagia sambil mengucapkan terima kasih. Kemudian Soo-ha
berlari keluar sekolah.
Joon-gi heran,
apakah Soo-ha berterima kasih karena Seong-bin terkena masalah. Temannya juga
heran, hal baik apa yang dia lakukan?
Soo-ha terus
berlari, sampai-sampai dia hampir tertabrak motor. Soo-ha dimarahi, dia meminta
maap, mencium helm si pengendara motor.
Soo-ha kegirangan,
dia nunggu lampu merah pejalan kaki sambil menggerak-gerakkan kaki, kayak lari
ditempat gitu.
Soo-ha sampai di
depan gedung kejaksaan. Dia melihat lagi foto Hye-sung di koran, “Dia tidak
banyak berubah.”
Soo-ha tersenyum
lagi menatap kantor kejaksaan.
~~~
Di penjara, si
pembunuh, Joon-guk sedang rebahan sambil menulis. Temannya bertanya apakah dia
sudah mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari penjara minggu depan.
Joon-guk menjawab,
pendeta Ah-leum akan memberikannya pekerjaan. Joon-guk tersenyum.
Temannya bilang
bagus, jalan menuju sukses memang tertulis di Al-kitab. Si teman bertanya
apakah dia juga harus mempelajari Al-kitab, dan dia mengambil dan membuka-buka
Al-kitab. Dia menemukan koran yang ada berita Hye-sung nya. Dia menanyakan pada
Joon-guk, “Apa ini? Apakah seseorang yang kamu kenal?”
Joon-guk: “Ya,
seseorang yang aku berhutang padanya.”
Joon-guk tersenyum
sinis. Senyumnya beda dengan yang pertama tadi.
~~~
Hye-sung terbangun
dari mimpi buruknya. Bermimpi tentang si pembunuh dihari pertamanya bekerja.
Hye-sung mandi dan
berganti-ganti pakaian untuk dipakai bekerja. Setelah dandan-dandan cantik, dia
pun keluar rumah. Dan, omo… di dalam rumahnya berantakan bangettttt…
~~~
Di jalan, Hye-sung di
tegur Kwan-woo, “Aku daritadi memanggilmu, tapi kamu terus aja jalan. Aku
mengikutimu dari bus.”
Hye-sung jalan
pergi, tapi di tahan Kwan-woo.
Hye-sung, sambil
menepis tangan Kwan-woo: “Kamu bukan tipeku.”
Kwan-woo, sambil
mengambil sesuatu dari tasnya: “Ini terjatuh di dalam bus.” Kwan-woo
menyodorkan dompet Hye-sung. Doeng, Hye-sung ke-GR-an, hohoho..
Karena banyak orang
yang melihat kea rah mereka, Hye-sung pura-pura, “Ini bukan punyaku. Tapi aku
akan menemukan pemiliknya. Oke?” dan Hye-sung pun jalan pergi.
Kwan-woo
mengejarnya, “Kamu ngomong apa sih? KTP yang ada didalamnya kan punya kamu…
ah,, kamu pura-pura seperti itu karena malu..”
Kwan-woo terus
mengikuti Hye-sung, “Apakah kamu tidak mengingatku? Namaku Cha Kwan-woo. Kita
pernah bertemu sebelumnya.”
Dengan cueknya
Hye-sung bilang dia tidak ingat.
Kwan-woo masih tak
gentar, “Kita bertemu saat wawancara. Kamu bahkan menarik kerah bajuku untuk
mendapatkan prediksi pertanyaan. Kamu tidak ingat?”
Hye-sung juga masih
cuek, “Aku tidak ingat.”
Kwan-woo: “Sebelumnya
aku melihatmu sekilas jadi aku belum menyadarinya, tapi sekarang aku melihatmu,
kamu sangat cantik.”
Orang-orang yang
sama-sama menunggu lift, menoleh serentak ke arah mereka.
Dengan suara
kerasnya, Kwan-soo mengatakan Hye-sung mirip Angelina Jolie, kontan orang-orang
nengok lagi dan ketawa. (Annoying banget dah si Kwan-woo ini, haha.. tapi
lucu..)
Hye-sung menyuruh
Kwan-woo memelankan suaranya. “Kenapa? Itu pujian.” Oran-orang pada ketawa
lagi, dan sekarang di dalam lift.
“Itu berarti kamu
cantik. Ngomong-ngomong, Hye-sung…atau aku panggil Pengacara Jang? Oh,
pengacara Jjang! Bagaimana?”
Hye-sung daritadi
muter-muter bola matanya, seakan ngomong, haduuhh ni orang apaan sih,
malu-maluin gw aja deh, hehe..
Kwan-woo bilang
alasan dia melamar ke kantor kejaksaan Yeonjo adalah karena pengacara Shin Sang-duk. Kwan-woo merasa pasti Hye-sung
juga mempunyai alasan yang sama.
Hye-sung semakin
kesal. Dia berteriak pada Kwan-woo menyangkal semua omongan Kwan-woo termasuk
Pengacara Shin bukan alasan dia berada disana.
Tiba-tiba ada gigi
palsu yang jatuh, ya, itu gigi palsunya Pengacara Shin yang syok mendengar
ucapan Hye-sung.
Kwan-woo langsung
meminta maap, tapi Hye-sung tidak.
Pengacara Shin
memperkenalkan petugas TU, Choi Yoo-chang. Pengacara Shin mengajak mereka minum
kopi bersama sebagai penyambutan pegawai baru.
Petugah Choi
memperingatkan Hye-sung kalau Pengacara Shin itu pendendam, jadi Hye-sung harus
cepa-cepat minta maap.
Hye-sung tidak
terima, memangnya apa yang akan Pengacara Shin lakukan padanya kalau dia tidak
meminta maap.
Dan jawabannya…
Hye-sung mendapatkan kopi yang berbeda. Yang lain gelasnya gede dan ada
merknya, punya Hye-sung cuma gelas kopi biasa yang kecil. Trus saat Hye-sung
membasahi jarinya untuk membuka lembaran berkas yang tebal, Pengacara Shin
melihatnya, dia mengambil sesuatu, alat yang bisa memudahkan membuka lembaran
berkas tanpa harus membasahi tangan dan memberikannya pada Kwan-woo. Ooww,
Pengacara Shin ngajak perang dingin.
~~~
Kwan-woo melihat
berkas kasus Jo Yeong-sook. “Dituduh merusak fasilitas umum dan mengncam
petugas dengan senjata, dan dia tuli.”
Jo Yeong-sook
menjadi tersangka pertama yang akan dibela Kwan-woo.
Pengacara Shin
melihat Kwan-woo bisa menggunakan bahasa isyarat dan juga bisa membaca huruf
braile. Ini membuat Pengacara Shin senang dan memperlihatkan muka aneh pada
Hye-sung. Kayak gini nih… beneran perang dingin ini mah.. hehe..
Tersangka pertama
untuk Hye-sung juga datang, dia Go Seong-bin.
~~~
Soo-ha memasukan
buku-bukunya ke dalam loker. Trus merapikan rambutnya dan dia latihan bicara di
depan cermin. Kata-kata yang akan dia ucapkan pada Hye-sung nanti. Lucu deh,
Joon-gi dan temannya aja yang ngeliatnya aneh dan menyebut Soo-ha sudah gila…
Soo-ha juga aneh, senyum-senyum sendiri, meliuk-liukan badan, gak seperti
biasanya yang cool…
~~~
Seong-bin mengatakan
pada Hye-sung kalau bukan dia pelakunya.
Hye-sung berkata
setelah melihat gaya berpakaian Seong-bin: “Aku sudah mendengarnya dari
orang-orang. Tapi lihatlah, terlalu banyak bukti dan kesaksian. Aku juga
mendengar kamu berbohong pada jaksa dengan bersikap tak bersalah. Mungkin
itulah mengaoa kamu dituduh melakukan percobaan pembunuhan.”
“Itu tidak mungkin.
Bagaimana bisa jadi percobaan pembunuhan.” Seong-bin marah.
“Teman yang tidak
kamu sukai duduk sendirian di jendela. Kamu mendekatinya dan mendorongnya. Tapi
dia tidak meninggal, dia koma. Jika dia meninggal, berarti kamu adalah
pembunuh. Karena dia masih hidup, maka hanya percobaan pembunuhan.” Hye-sung
menjelaskan.
Seong-bin kesal,
“Ini membuatku gila. Ahjumma….oh tidak, unni.. aku mengakui bahwa aku menindas
orang disana sini, tapi aku juga punya batas. Aku tidak pernah berlaku sejauh
itu. percobaan pembunuhan? Aku mengatakan yang sesungguhnya, itu bukan aku!”
Pengacara Shin terus
memperhatikan mereka.
Hye-sung: “Disana
banyak orang yang melihatmu.”
Seong-bin: “Mereka
berbohong! Mereka membalas karena aku selalu membawa masalah pada mereka.”
Seong-bin terbawa emosi.
Hye-sung menutup
berkasnya dengan kasar, “Aku membelamu tanpa meminta imbalan. Dengan sikapmu
yang seperti ini, aku tidak bisa membelamu. Apa kamu mau datang ke pengadilan
tanpa pengacara?”
Seong-bin terlihat
putus asa. Pengacara Shin dan petugas Choi memperhatikan mereka.
Kemudian Kwan-woo
keluar ruangan bersama tersangkanya, mengalihkan perhatian semua orang. Jo
Yeong-sook berkata dalam bahasa isyarat, “Bagaimana jika hakim tidak percaya
pada saya sedikitpun?”
Kwan-woo: “Jangan
khawatir. Ketulusan akan menang di pengadilan. Aku akan menang untukmu.”
Ahjuma Yeong-sook
mengucapkan terima kasih pada Kwan-woo.
Hye-sung kembali
berkata pada Seong-bin, “Dengan bukti sebanyak ini, cukup untuk membuatmu
dinyatakan bersalah. Jika kamu mengatakan bahwa kamu tidak bersalah dan kamu
ketahuan, hukumanmu akan bertambah. Cukup mengakuinya dan menyadari kesalahanmu,
aku akan memberikan pernyataan terhadapa kasusmu sebagai pelanggaran
undang-undang. Mungkin kamu tidak akan masuk ke penjara. Jadi, mana yang kamu
pilih?”
Seong-bin sudah akan
menangis, “Aku sudah bilang, benar-benar bukan aku yang mendorongnya! Aku
bahkan tidak tahu dia ada di kelas musik. Aku bukan penjahat! Benar-benar
bukan!”
Hye-sung: “Kamu akan
terus mengatakan itu? di saat teman mu memakan pizza dan bersenang-senang, kamu sungguh-sungguh ingin
masuk penjara dan makan nasi dan kacang sendirian?”
Kwan-woo, Pengacara
Shin dan Petugas Choi merasa iba pada Seong-bin yang dikasari oleh Hye-sung.
Kwan-woo akan memberikan pendapatnya, tetapi tidak diterima dengan baik oleh
Hye-sung.
Hye-sung bertanya
kembali pada Seong-bin, “Tidak bersalah atau bersalah? Aku tidak bertanggung
jawab atas akibat dari pilihanmu.”
Seong-bin menangis
kesal dan berteriak, “Baik. Aku mengakuinya! Puas?” Seong-bin menangis
tertunduk di kursi.
Hye-sung? Masih
dengan sikap cueknya.
----------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar