Rabu, 26 Juni 2013

Sinopsis I HEAR YOUR VOICE Episode 2 - 1

Seong bin masuk ke dalam kelas yang masih kosong sambil bernyanyi-nyanyi. Terus dia duduk sambil nge-kutek kukunya. Tiba-tiba terdengar suara jeritan.
“Suara apa itu?” Seong-bin yang kaget segera berdiri dan berjalan menuju jendela yang ada di belakangnya. Dia melihat ke bawah, terlihat sesosok siswi yang tergeletak. Siswa dan siswi lain banyak yang mendekat juga.
“Tidak mungkin. Bukankah itu Ssang-ko?” Seong-bin terperanjat.
Ada satu siswa yang berada di bawah melihat Seong-bin, “Lihat.. itu Seong-bin! Pasti dia yang mendorong Ssang-ko!”
“Apa?” kata Seong-bin.
“Cepat, telpon polisi.” Ujar siswa itu lagi pada temannya.
Seong-bin bingung… “Apa yang terjadi..?”
~~~
 
Hakim Kim dan dua orang lainnya sedang menyeleksi calon pengacara yang akan lolos wawancara. Salah seorang hakim bilang, persaingan untuk pembela umum ini sama saja seperti audisi bintang K-pop.
Hakim satu lagi menunjukkan CV HYe-sung pada Hakim Kim.
“Oh, pengacara yang pernah dikeluarkan dari sekolah karena kecelakaan kembang api itu.”
Dua hakim berdebat soal Hye-sung.
Hakim 1: “walaupun dia punya banyak pengalaman dalam membela, tapi dia mempunyai reputasi yang buruk. Panggilannya adalah 20 detik. Dia memberikan pembelaan untuk kliennya hanya dalam 20 detik.” (diperlihatkan saat Hye-sung melakukan pembelaan dengan ogah-ogahan seperti di episode 1)
Hakim 2: “Tapi, mendengarkan kondisinya saat itu, itu pengalaman yang sangat bagus. Ceritanya berurutan dan dia menunjukkan keberaniannya. Saya melihat masa depan untuknya.” (diperlihatkan lagi saat Hye-sung remaja menjadi saksi di persidangan ayah Soo-ha)
“Bagaimana pendapat anda?” tanya Hakim 2 pada Hakim Kim.
Hakim Kim menjawab, “Saya tidak yakin.. dia terlihat seperti pengacara yang baik juga pengacara yang buruk. Sangat sulit untuk memutuskan.”
Episode 2
Bad Girl, Good Girl
Satu bulan kemudian..
Hye-sung melihat pengumuman di Koran, dia dan Kwan-woo yang berhasil menjadi pembela umum. Dia tersenyum bahagia.
Kemudian dia melihat ada spanduk di depan restoran ayam milik ibunya yang memasang fotonya dan bertuliskan, “Hanya putri dari Hye-Sung Chicken House yang memenangkan kompetisi 21:1 dan menjadi seorana Pembela Umum.”
Hye-sung terlihat kesal dan berlari mencabuti brosur yang memasang fotonya. (Jadi ada brosur juga, dijadiin promosi warung makan ibunya.)
“Ibuku selalu membuatku gila.” Kata Hye-sung dengan kesal.
Ibu datang dan memukul kepala Hye-sung, seperti biasa. Dan seperti biasa Hye-sung bilang, “Aku sudah pernah bilang untuk tidak memukul kepalaku.”
Hye-sung protes ibunya memakai foto dan namanya untuk dijadikan promosi. Tapi ibu bilang bagus, pengacara yang dibayar Negara itu bagus. Ibu sepertinya bangga.
 
Ibu menyuruh Hye-sung mengikutinya, untuk…..menempelkan brosur di tempat lain.
Ibu bersenandung, “Lihatlah putriku. Senyumnya sangat manis.
Hye-sung mengira ibu bersenandung seperti itu karena mengharapkan Hye-sung akan membayar hutangnya. Tapi ibu bilang bukan karena itu, ini karena ibu bangga pada Hye-sung yang sudah menjadi Pembela Umum.
“Benarkah? Lalu tidak apa-apa jika aku tidak membayar uangnya?” tanya Hye-sung kesenengan. Yang dijawab ibu dengan pukulan dikepala, hehehe…
“Hey, kamu itu sekarang sudah jadi pembela umum. Apakah kamu tidak berpikir untuk lebih dewasa sedikit?” tanya ibu kesal.
“Mengapa aku ingin menjadi pembela umum? Karena itu meudahkan hidupku..”kata Hye-sung.
“Apa?”
“Aku mendapatkan gaji setiap bulan. Pemerintah menjadwalkan kasus untuk aku kerjakan. Dan semua yang kulakukan adalah menerima sumpah. Sedikit sekali yang aku kerjakan. Jadi, aku akan bekerja hanya untuk beberapa tahun, kemudian menikah.” Ujar Hye-sung.
Ibu mendecak dan akan memukul Hye-sung lagi, “Jika ibu melihatmu malas bekerja, itu akan jadi pertama kalinya seorang pengacara Korea yang dipukul oleh ibunya. Mengerti?” ancam ibu.
Lalu ibu menanyakan apakah Hye-sung sudah menemukan tempat tinggal. Hye-sung bilang sudah, sebuah apartemen atap dengan dua kamar dan kamar mandi. Tapi Yeonjo sangat jauh kata ibu, dan ibu menanyakan apakah Hye-sung punya teman yang jadi pembela umum juga di kantor kejaksaan Yeonjo. Hye-sung bilang dia tidak butuh teman. Dan..Hye-sung digeplak lagi sama ibunya.. 
~~~
Kantor Kejaksaan Yeonjo
Seong-bin sedang di interogasi oleh seorang jaksa.
“Katakan, kamu kan yang mendorongnya!” bentak si jaksa. “Jika kamu mau mengaku, mengakulah padaku. Disini akulah yang paling baik. Jika kamu bersama petugas yang lain, kamu akan lebih dibentak.” Si jaksa minum, lalu bertanya lagi, “kamu…yang mendorongnya kan?”
Seong-bin yang dari tadi manggut-manggut, terdiam lalu menggeleng. Si seong-bin ini gayanya slengean.
“Kamu merasa cemburu karena Moon Dong-hee telah terpilih oleh agen entertainment. Itulah mengapa kamu menindasnya dan mengatakan dia melakukan operasi plastic. Tapi itu tidak cukup, dan kamu membunuhnya! Orang-orang melihatmu. Itulah faktanya!” bentak si jaksa lagi.
Seong-bin mendesah, dan marah, “Aku bahkan tidak tahu dia berada di kelas musik. Walaupun aku berandal, bukan berarti aku seperti itu.”
Si jaksa bentak lagi, “Menurutmu berakting tidak bersalah akan berhasil? Lihat! Semua temanmu menulis pernyataan.”
Do-yeon, ya disana ada Do-yeon yang menjadi Jaksa, menghampiri mereka dan mengambil alih. Do-yeon melihat kukunya Seon-bin, dan terlihat tertarik, Seong-bin menawarkan untuk membuatkannya karena dia membuat sendiri.
Lalu datang lagi petugas kejaksaan yang membawa makanan siang, sandwich.
Do-yeon menginterogasi sambil memakan sandwich, “Jadi, kamu tidak tahu Moon Dong-hee ada di kelas musik?”
Seong-bin: “Itu lantai empat, mungkinkah aku mendorongnya tanpa alasan untuk membunuhnya?”
Do-yeon: “Dalam kasus ini, terlihat sebagai usaha pembunuhan, tapi kamu tidak terlihat seperti pembunuh.”
Do-yeon melanjutkan setelah menyuruh Seong-bin minum, “Jadi kamu tidak pernah membuatnya sendirian sebelumnya kan?”
Seong-bin: “Iya, tentu saja tidak pernah. Hal paling kasar yang aku lakukan adalah memanggilnya Ssang-ko. Sejak semua orang memanggilnya seperti itu, aku memanggilnya hanya untuk candaan saja.”
Do-yeon: “Saat kamu memanggilnya double (eyelid)-nose, semua orang tertawa?”
Seong-bin: “Tentu saja mereka tertawa. Dari panggilannya saja itu sudah jelas. Karena orang itu melakukan operasi kelopak mata ganda dan hidung. ‘Ssang-ko’.”
Do-yeon tertawa, “Aku setuju, itu sangat jelas. Apakah Moon Dong-hee juga tertawa setelah kamu memanggilnya Ssang-ko? Kamu bilang itu cuma lelucon. Lelucon itu bukan untuk orang yang mengatakannya, tapi untuk orang yang dimaksud, benarkan? Jika dia tidak menerimanya, itu bukan lelucon tapi terror.”
Seong-bin: “terror?” dia tadinya cerita sambil ceria aja, setelah itu jadi terdiam, agak ketakutan.
Do-yeon ini sepertinya pandai bermain kata-kata, hingga membuat tersangka tak berkutik.
Do-yeon berubah menjadi lebih serius dan meletakkan makanannya, “Aku mengatakannya agar kamu tertawa (terror-lelucon), tapi kamu tidak tertawa. Kenapa? Oh.. itu pasti terror. Seharusnya aku tidak melakukan lelucon itu. benarkan?” Do-yeon tersenyum sinis.
Seong-bin gemetaran.
Do-yeon berkata pada timnya,”Bisakah kita mulai? Go Seong-bin, kamu telah diinvestigasi untuk percobaan pembunuhan Moon Dong-hee. Kamu tahu itu kan? Kamu punya hak untuk diam. Dan kamu dapat meminta bantuan pengacara.”
~~~
 
Di ruang kelas, teman-teman Seong-bin membaca artikel tentangnya yang menjadi tersangka di internet dan juga surat kabar.
“Hey, sekarang bukan saatnya untuk belajar! Kamu pasti terkejut kalau melihat berita ini!” kata teman Joon-gi pada Soo-ha. “Kamu tau kan Go Seong-bin? Si cewe rambut pirang yang suka sama kamu dan ngikutin kamu terus itu..”
“Aku gak tau, aku gak peduli.” Kata Soo-ha masih sambil belajar.
Si teman Joon-gi itu kesal, “Nih liat, baru ngomong.” Sambil nunjukin koran yang tadi dia baca.
Soo-ha ngelirik, dan matanya tertuju pada berita di sebelahnya, berita tentang Hye-sung yang jadi pembela umum. Soo-ha langsung ngambil korannya dan baca dengan terkejut, “Tidak mungkin.” Dia membaca nama Jang Hye-sung disitu, wanita yang selama ini  dia cari, wanita yang selama 10 tahun ini dia rindukan. Soo-ha tersenyum bahagia.
Soo-ha memeluk temannya dengan bahagia sambil mengucapkan terima kasih. Kemudian Soo-ha berlari keluar sekolah.
Joon-gi heran, apakah Soo-ha berterima kasih karena Seong-bin terkena masalah. Temannya juga heran, hal baik apa yang dia lakukan?
 
Soo-ha terus berlari, sampai-sampai dia hampir tertabrak motor. Soo-ha dimarahi, dia meminta maap, mencium helm si pengendara motor.
Soo-ha kegirangan, dia nunggu lampu merah pejalan kaki sambil menggerak-gerakkan kaki, kayak lari ditempat gitu.
Soo-ha sampai di depan gedung kejaksaan. Dia melihat lagi foto Hye-sung di koran, “Dia tidak banyak berubah.”
Soo-ha tersenyum lagi menatap kantor kejaksaan.
~~~
 
Di penjara, si pembunuh, Joon-guk sedang rebahan sambil menulis. Temannya bertanya apakah dia sudah mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari penjara minggu depan.
Joon-guk menjawab, pendeta Ah-leum akan memberikannya pekerjaan. Joon-guk tersenyum.
Temannya bilang bagus, jalan menuju sukses memang tertulis di Al-kitab. Si teman bertanya apakah dia juga harus mempelajari Al-kitab, dan dia mengambil dan membuka-buka Al-kitab. Dia menemukan koran yang ada berita Hye-sung nya. Dia menanyakan pada Joon-guk, “Apa ini? Apakah seseorang yang kamu kenal?”
Joon-guk: “Ya, seseorang yang aku berhutang padanya.”
Joon-guk tersenyum sinis. Senyumnya beda dengan yang pertama tadi.
~~~
 
Hye-sung terbangun dari mimpi buruknya. Bermimpi tentang si pembunuh dihari pertamanya bekerja.
Hye-sung mandi dan berganti-ganti pakaian untuk dipakai bekerja. Setelah dandan-dandan cantik, dia pun keluar rumah. Dan, omo… di dalam rumahnya berantakan bangettttt…
~~~
 
Di jalan, Hye-sung di tegur Kwan-woo, “Aku daritadi memanggilmu, tapi kamu terus aja jalan. Aku mengikutimu dari bus.”
Hye-sung jalan pergi, tapi di tahan Kwan-woo.
Hye-sung, sambil menepis tangan Kwan-woo: “Kamu bukan tipeku.”
Kwan-woo, sambil mengambil sesuatu dari tasnya: “Ini terjatuh di dalam bus.” Kwan-woo menyodorkan dompet Hye-sung. Doeng, Hye-sung ke-GR-an, hohoho..
Karena banyak orang yang melihat kea rah mereka, Hye-sung pura-pura, “Ini bukan punyaku. Tapi aku akan menemukan pemiliknya. Oke?” dan Hye-sung pun jalan pergi.
Kwan-woo mengejarnya, “Kamu ngomong apa sih? KTP yang ada didalamnya kan punya kamu… ah,, kamu pura-pura seperti itu karena malu..”
Kwan-woo terus mengikuti Hye-sung, “Apakah kamu tidak mengingatku? Namaku Cha Kwan-woo. Kita pernah bertemu sebelumnya.”
Dengan cueknya Hye-sung bilang dia tidak ingat.
Kwan-woo masih tak gentar, “Kita bertemu saat wawancara. Kamu bahkan menarik kerah bajuku untuk mendapatkan prediksi pertanyaan. Kamu tidak ingat?”
Hye-sung juga masih cuek, “Aku tidak ingat.”
Kwan-woo: “Sebelumnya aku melihatmu sekilas jadi aku belum menyadarinya, tapi sekarang aku melihatmu, kamu sangat cantik.”
Orang-orang yang sama-sama menunggu lift, menoleh serentak ke arah mereka.
Dengan suara kerasnya, Kwan-soo mengatakan Hye-sung mirip Angelina Jolie, kontan orang-orang nengok lagi dan ketawa. (Annoying banget dah si Kwan-woo ini, haha.. tapi lucu..)
Hye-sung menyuruh Kwan-woo memelankan suaranya. “Kenapa? Itu pujian.” Oran-orang pada ketawa lagi, dan sekarang di dalam lift.
“Itu berarti kamu cantik. Ngomong-ngomong, Hye-sung…atau aku panggil Pengacara Jang? Oh, pengacara Jjang! Bagaimana?”
Hye-sung daritadi muter-muter bola matanya, seakan ngomong, haduuhh ni orang apaan sih, malu-maluin gw aja deh, hehe..
Kwan-woo bilang alasan dia melamar ke kantor kejaksaan Yeonjo adalah karena pengacara  Shin Sang-duk. Kwan-woo merasa pasti Hye-sung juga mempunyai alasan yang sama.
Hye-sung semakin kesal. Dia berteriak pada Kwan-woo menyangkal semua omongan Kwan-woo termasuk Pengacara Shin bukan alasan dia berada disana.
Tiba-tiba ada gigi palsu yang jatuh, ya, itu gigi palsunya Pengacara Shin yang syok mendengar ucapan Hye-sung.
Kwan-woo langsung meminta maap, tapi Hye-sung tidak.
Pengacara Shin memperkenalkan petugas TU, Choi Yoo-chang. Pengacara Shin mengajak mereka minum kopi bersama sebagai penyambutan pegawai baru.
Petugah Choi memperingatkan Hye-sung kalau Pengacara Shin itu pendendam, jadi Hye-sung harus cepa-cepat minta maap.
Hye-sung tidak terima, memangnya apa yang akan Pengacara Shin lakukan padanya kalau dia tidak meminta maap.
Dan jawabannya… Hye-sung mendapatkan kopi yang berbeda. Yang lain gelasnya gede dan ada merknya, punya Hye-sung cuma gelas kopi biasa yang kecil. Trus saat Hye-sung membasahi jarinya untuk membuka lembaran berkas yang tebal, Pengacara Shin melihatnya, dia mengambil sesuatu, alat yang bisa memudahkan membuka lembaran berkas tanpa harus membasahi tangan dan memberikannya pada Kwan-woo. Ooww, Pengacara Shin ngajak perang dingin.
~~~
 
Kwan-woo melihat berkas kasus Jo Yeong-sook. “Dituduh merusak fasilitas umum dan mengncam petugas dengan senjata, dan dia tuli.”
Jo Yeong-sook menjadi tersangka pertama yang akan dibela Kwan-woo.
Pengacara Shin melihat Kwan-woo bisa menggunakan bahasa isyarat dan juga bisa membaca huruf braile. Ini membuat Pengacara Shin senang dan memperlihatkan muka aneh pada Hye-sung. Kayak gini nih… beneran perang dingin ini mah.. hehe..
 
Tersangka pertama untuk Hye-sung juga datang, dia Go Seong-bin.
~~~
 
Soo-ha memasukan buku-bukunya ke dalam loker. Trus merapikan rambutnya dan dia latihan bicara di depan cermin. Kata-kata yang akan dia ucapkan pada Hye-sung nanti. Lucu deh, Joon-gi dan temannya aja yang ngeliatnya aneh dan menyebut Soo-ha sudah gila… Soo-ha juga aneh, senyum-senyum sendiri, meliuk-liukan badan, gak seperti biasanya yang cool…
~~~
 
Seong-bin mengatakan pada Hye-sung kalau bukan dia pelakunya.
Hye-sung berkata setelah melihat gaya berpakaian Seong-bin: “Aku sudah mendengarnya dari orang-orang. Tapi lihatlah, terlalu banyak bukti dan kesaksian. Aku juga mendengar kamu berbohong pada jaksa dengan bersikap tak bersalah. Mungkin itulah mengaoa kamu dituduh melakukan percobaan pembunuhan.”
“Itu tidak mungkin. Bagaimana bisa jadi percobaan pembunuhan.” Seong-bin marah.
“Teman yang tidak kamu sukai duduk sendirian di jendela. Kamu mendekatinya dan mendorongnya. Tapi dia tidak meninggal, dia koma. Jika dia meninggal, berarti kamu adalah pembunuh. Karena dia masih hidup, maka hanya percobaan pembunuhan.” Hye-sung menjelaskan.
Seong-bin kesal, “Ini membuatku gila. Ahjumma….oh tidak, unni.. aku mengakui bahwa aku menindas orang disana sini, tapi aku juga punya batas. Aku tidak pernah berlaku sejauh itu. percobaan pembunuhan? Aku mengatakan yang sesungguhnya, itu bukan aku!”
Pengacara Shin terus memperhatikan mereka.
Hye-sung: “Disana banyak orang yang melihatmu.”
Seong-bin: “Mereka berbohong! Mereka membalas karena aku selalu membawa masalah pada mereka.” Seong-bin terbawa emosi.
Hye-sung menutup berkasnya dengan kasar, “Aku membelamu tanpa meminta imbalan. Dengan sikapmu yang seperti ini, aku tidak bisa membelamu. Apa kamu mau datang ke pengadilan tanpa pengacara?”
Seong-bin terlihat putus asa. Pengacara Shin dan petugas Choi memperhatikan mereka.
Kemudian Kwan-woo keluar ruangan bersama tersangkanya, mengalihkan perhatian semua orang. Jo Yeong-sook berkata dalam bahasa isyarat, “Bagaimana jika hakim tidak percaya pada saya sedikitpun?”
Kwan-woo: “Jangan khawatir. Ketulusan akan menang di pengadilan. Aku akan menang untukmu.”
Ahjuma Yeong-sook mengucapkan terima kasih pada Kwan-woo.
Hye-sung kembali berkata pada Seong-bin, “Dengan bukti sebanyak ini, cukup untuk membuatmu dinyatakan bersalah. Jika kamu mengatakan bahwa kamu tidak bersalah dan kamu ketahuan, hukumanmu akan bertambah. Cukup mengakuinya dan menyadari kesalahanmu, aku akan memberikan pernyataan terhadapa kasusmu sebagai pelanggaran undang-undang. Mungkin kamu tidak akan masuk ke penjara. Jadi, mana yang kamu pilih?”
Seong-bin sudah akan menangis, “Aku sudah bilang, benar-benar bukan aku yang mendorongnya! Aku bahkan tidak tahu dia ada di kelas musik. Aku bukan penjahat! Benar-benar bukan!”
Hye-sung: “Kamu akan terus mengatakan itu? di saat teman mu memakan pizza dan  bersenang-senang, kamu sungguh-sungguh ingin masuk penjara dan makan nasi dan kacang sendirian?”
Kwan-woo, Pengacara Shin dan Petugas Choi merasa iba pada Seong-bin yang dikasari oleh Hye-sung. Kwan-woo akan memberikan pendapatnya, tetapi tidak diterima dengan baik oleh Hye-sung.
Hye-sung bertanya kembali pada Seong-bin, “Tidak bersalah atau bersalah? Aku tidak bertanggung jawab atas akibat dari pilihanmu.”
Seong-bin menangis kesal dan berteriak, “Baik. Aku mengakuinya! Puas?” Seong-bin menangis tertunduk di kursi.
Hye-sung? Masih dengan sikap cueknya. 
----------------------------------------------------------------------------------------------

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar